Cuman satu yang bisa menggerakkan hati ini : celotehan gadis cilik di rumah..... yang selalu berteriak menangis minta ikut kerja setiap pagi.
Yahhh...... hati ibu mana yang nggak teriris melihat tangisan buah hatinya yang terpaksa ditinggal sendirian di rumah ? Sang putri layak mendapatkan yang terbaik dari ibunya, sebagai balasan dari tangisan itu.
"Haiyahhhh...... dasar motivator," dan aku cuman bisa ngebatin.
Anyway.... hari demi hari, kujalani juga bisnis di industri ini. Minggu ke minggu, bulan dan tahun.
Mereka bilang, industri ini membantu orang kok...... Kalau mau dibantu ya hayuk, kalo nggak mau ya udah.....
Penulis cuman memerlukan penghasilan dari industri ini, bukan ucapan terima kasih karena udah dianggap membantu sesama.
Mungkin kisah sejati ini nggak akan berbekas kalau almarhum bukan seorang supir taksi....
Iya, supir taksi yang selalu setia nganterin kita, tapi juga yang selalu bilang nggak ada uang kembalian, yang selalu berharap mendapatkan seribu dua ribu lebih besar dari ongkos yang tertera di argometernya..... yang selalu bikin kita jengkel dehhh......
Kaget ? Sama !
Penulis pun kaget waktu supir taksi ini kembali ke kantor untuk minta dibuatkan program asuransi untuk keluarganya, dua tahun sebelumnya, guys.....
Yang ada di bayangan kita adalah, asuransi dibeli oleh orang yang punya "uang lebih"
Mereka yang dah bingung mo taruh di mana uang mereka.
Mereka yang nggak pengen kehilangan rumah mereka, mobil mereka, pabrik mereka.....
Mereka yang takut kehabisan uang mereka....
Bukan dari kalangan menengah bawah kan?!
Bukan dari para buruh dan karyawan rendahan
Bukan dari seorang supir, apalagi supir taksi, yang nggak jelas penghasilannya berapa tiap bulannya.......
Tapi justru, karena penghasilannya nggak tetap itu, sang kepala keluarga ini mencemaskan kelangsungan hidup anak istrinya kelak, apalagi dia menyadari kebutuhan semakin tinggi, bukan semakin ringan dari tahun ke tahun, seiring dengan kenaikan harga dan usia anak-anaknya.
Terngiang kembali kata-kata almarhum pada saat menandatangani surat pengajuan asuransi nya dulu, "Saya sayang anak-anak saya, bu..... tapi saya nggak yakin bisa membahagiakan mereka dengan penghasilan saya ini."
OMG.....
Hari itu adalah titik balik sebuah alasan.
Bukan lagi karena uang semata .....
Bukan lagi karena karir .....
Bukan juga karena sebuah keharusan ....
Tapi karena seonggok rasa iba melihat anak-anak yang mungkin menjadi yatim piatu sebelum mereka siap menghadapi kerasnya kehidupan ini.....
Dan anak itu bisa jadi anak aku.......
Anak itu bisa saja anak saudara aku......
Anak tetangga aku.....
Anak rekan aku......
Anak teman aku......
Karena kehidupan mereka masih harus terus berlanjut......
dengan atau tanpa kita, para orang tuanya.....
Meninggalkan warisan adalah impian setiap kita
Tapi kenyataannya, sebagian besar dari kita meninggalkan warisan hutang,
warisan tanggungjawab, warisan kebutuhan.....
warisan yang justru menjadi beban anak-anak kita.......
Itulah peran asuransi, sahabat.....
Yukkk....... kita mulai membuka diri terhadap asuransi.
Cermati kebutuhan kita, dan kenali program nya.........
Karena, suka nggak suka, mau nggak mau, kita semua memerlukan asuransi........
Terinspirasi oleh kalimat Mario Teguh ....
Kalau kita belum memiliki cukup warisan yang bisa kita tinggalkan hari ini
kenapa kita nggak menyisihkan yang sedikit itu agar kita bisa meninggalkan warisan yang lebih besar buat keluarga kita,
yang untuknya kita bekerja keras, membanting tulang, memeras keringat...... setiap hari, tanpa lelah sedikitpun, sepanjang hidup kita ?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar