Sabtu, 19 Desember 2015

Sebongkah Cinta dan Pengharapan

Sabtu siang di teras rumah……
Tukang air baru aja selesai mengirim air gallon pesanan.

Mb Yuyun pun dah ambil cucian nya, dan mangkuk bekas bubur kacang ijo masih ada di meja teras bersama cangkir bekas kopi. 
Sementara Mb Rina lagi beberes di belakang.
Nggak ada yang istimewa.

Mereka yang biasa datang kalo hari libur kayak gini, lagi pada sibuk ngurus anak mereka raport an dan rapat untuk UNAS yang akan digelar beberapa bulan lagi.

Ughhhh….. anak usia sekolah 
Masa-masa itu dah berlalu beberapa tahun lalu.
Venny ku dah kuliah sekarang, di luar kota, pula.

Hari ini seharusnya dia pulang nengokin maminya.

Tapi menjelang libur Natal dan tahun baru ini, kayaknya lebih baik buat dia untuk istirahat dulu di sana. Toh, hari Rabu dah libur dan dia bisa pulang hampir dua minggu.

Venny, Venny…. Anak yang luar biasa.

Sedari dalam kandungan, aku dah tau kalau anak ini akan dipakai Tuhan untuk menjadi berkat.
Masa depannya akan cerah.
Dia akan naik dan tidak akan turun.
Apa saja yang dia kerjakan akan berhasil.
Dia akan menjadi rekan kerja Tuhan di muka bumi ini.

Yah…. Aku dah tau itu sedari dia masih berupa tetesan air belaka, karena Tuhan sendiri yang mengatakannya kepadaku.
Dan aku percaya, karena aku kenal Tuhan aku.

Walau banyak rintangan, tahun demi tahun pun kami lewati bersama.

Aku sadar, aku bukan ibu yang baik buat seorang Venny Melissa.
Aku bukan orang suci.
Aku bukan malaikat.
Aku seorang pendosa.

Aku nggak bisa memberikan contoh sosok seorang ibu idaman buat malaikat kecil aku itu.

Aku cuman punya roh, jiwa dan raga sebagai bekal aku di dunia yang fana ini.

Aku cuman punya iman. Percaya. Keyakinan.
Aku cuman punya Tuhan aku.
Dan aku bersukacita karena itu.
Dan aku menjadi kuat karena itu.
Dan aku menjadi bisa karena itu.

Sudah hampir dua puluh tahun.
Dan mungkin nggak akan ada dua puluh tahun lagi untuk menemani dia.
Dua puluh tahun, the most wonderful years for us !!

Kami habiskan bersama.
Kami tidur bersama,
makan bersama,  
tertawa bersama, 
bermain bersama, 
ber gossip bersama,

Kami pun berdiskusi bersama, 
tentang mimpi kami, 
tentang cita-cita kami

Bahkan kami sering adu argumentasI.
Dan bukan sekali dua, aku dipaksa mengakui, “Venny bener.”

Walau kadang masih kelihatan manjanya,
Pikiran nya jauh lebih dewasa dibandingkan usianya.

Dalam satu kesempatan, rokok dan minuman keras menjadi bahan diskusi kami.

Setiap kali ada yang menasihati aku untuk berhenti merokok, mereka selalu terdiam bila kukatakan, “Kalau non perokok nggak bisa mati, aku pun akan berhenti merokok.”

Namun Venny menyatakan sesuatu yang berbeda, “Minum racun aja sekalian.”
Membuatku terdiam dan berpikir untuk menghentikan kebiasaan itu.

Luar biasa malaikat yang dikirim Tuhan untuk aku itu !

Setiap kali aku dekat dengan seseorang, komentarnya cuman satu “Mana ada orang yang mau tua sendirian?”

Di hari ulang tahunku, selalu ada kata-kata, “Kadonya nyusul yah…… kalau venny dah bisa cari uang”
Membuatku selalu menantikan ulang tahun berikutnya !

Kadang doa ku terdengar egois banget.
Kalau boleh, aku nggak mau bangun hari ini.
Bukan karena aku putus asa, 
tapi kadang rasa lelah dan jenuh menghampiri aku.

Namun cita-cita sang malaikat kecil itu untuk menyenangkan aku, membuatku berteriak
“Tuhan, beri dia kesempatan.”

Aku nggak pernah takut dengan kematian, karena aku tau kemana aku akan pergi setelah gerbang kematian itu.
Yang aku takutkan adalah ketidaksiapan nya menjalani kehidupan ini seorang diri.
Tanpa orang tua, tanpa saudara, tanpa kerabat.
Tanpa sosok yang bisa diajak bertukar pikiran atau memberinya pertimbangan ketika harus mengambil keputusan.

Just like her mom.

Tahun depan, kalau nggak ada halangan, Venny akan menjadi ko-as, sebuah jenjang yang dimimpikan oleh setiap mahasiswa kedokteran di manapun.

Langkahnya dah semakin jelas.
Arahnya dah pasti.
Walau sempat disimpannya sendiri, karena dia paham banget keadaan aku, aku tau, itulah mimpinya sedari kecil.

Beberapa teman mengatakan aku nggak akan terlantar di hari tua aku.
My little angle will not leave me alone. She will take care of me.

Tapi bukan itu yang aku harapkan, sama sekali bukan.
Dia punya kehidupan nya sendiri.
Dia punya masa depannya sendiri.
Masa depan yang penuh harapan.
Dan aku nggak mau merusak nya dengan kehadiran aku.

Generasi yang berbeda, jalan pikiran yang berbeda, cara yang berbeda pula.

Tapi kemanusiaan itu sama ! Makhluk social itu sama ! Human being itu sama. Dan kepada para “manusia” inilah Venny akan menghabiskan hidupnya.

“Kalau tau dicubit itu sakit, jangan mencubit orang. Kalau suka disapa orang, lakukan lah dulu kepada orang lain.”

Ajaran itu masih berlaku, sampai berabad-abad kemudian !

Satu kali, calon dokter hewan ini pernah berkata 

“Berhubungan dengan binatang tergantung bagaimana kita memperlakukan mereka. Kita memperlakukan mereka dengan baik, kita pun akan mendapatkan feedback yang baik pula.  Tapi berhubungan dengan manusia, feedback yang kita dapatkan belum tentu sebaik yang telah kita berikan”

Pondasi analisa yang amat kuat !

Aku temukan sebuah pribadi lagi di dalam nya : pribadi yang siap untuk kecewa sama manusia tanpa harus berhenti berbuat baik. Luar biasa !

Membalas kejahatan dengan kejahatan ? Buat apa ?

Balasan kita terbatas, karena waktu kita terbatas, tenaga kita terbatas, kemampuan kita pun terbatas.

Venny, don’t you know, I’m so proud of you ?

Tetap jaga hati ya ven

Dan jangan pernah jemu untuk berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah. ( Surat kepada Jemaat di Galatia 6 : 9 )

Nggak perlu kaget ama kenyataan di dunia yang jahat ini.

Venny akan melihat orang baik sering tersakiti. Kenapa ?
Karena dia selalu mendahulukan orang lain, sehingga nggak ada ruang untuk kebahagiaannya sendiri.

Orang baik kerap tertipu. Kenapa ?
Karena dia nggak pernah punya prasangka jelek, sama seperti dirinya sendiri yang nggak pernah merencanakan sesuatu yang jahat.

Orang baik acap kali dinista.
Karena dia nggak memiliki almari dendam di dalam kalbunya.
Jika venny buka laci-laci hatinya, yang venny temukan adalah tumpukan cinta dan kasih.

Orang baik juga sering meneteskan air mata, karena dia hanya ingin membagi senyum dan tawanya ke orang lain, bukan air matanya.

Tuhan sayang sama orang baik.
Itu sebabnya banyak orang baik yang cepat dipanggil pulang,
Agar penderitaannya di sini pun terangkat.

Adil ? Amat sangat adil !
Itulah sifat Tuhan kita.


Karena hidup adalah pilihan dengan segala konsekuensinya,
maka memilihlah sesuai dengan nuranimu




Tidak ada komentar:

Posting Komentar