Kamis, 21 Maret 2019

Individu Liberal

Satu kali seorang kawan datang padaku. 

Dia menangis membayangkan kemungkinan pecahnya rumahtangga yang telah dibangunnya lebih dari limabelas tahun. 

Penderitaan nya selama limabelas tahun itu membuat nya tidak berpikir lagi untuk memperbaiki keretakan itu.

Alih alih mencari cara untuk menambal gelas yang pecah,  perempuan ini mencoba membuka pintu untuk masa depan nya bersama tiga orang anak nya yang masih berusia sekolah. 

Dia sudah menyerah. 
Dia merasa paham mereka sudah berbeda sedari awal. 

Dia,  yang dibesarkan dalam lingkungan konservatif traditional religious family, tidak mungkin memiliki arah yang sama dengan suami nya yang berpikir liberal.

Dia mencoba untuk memiliki pemikiran yang sama,  namun tidak membuat nya nyaman. 

Setiap kali mereka bertengkar, paham inilah yang menjadi tameng pembenaran masing masing mereka.

Liberal.
Bebas.
Bebas bersuara.
Bebas berpendapat.
Bebas bertindak.

Aku pun akhirnya kepo dengan paham yang satu ini. 

Seriously ?

Dalam sebuah literatur, aku mendapatkan definisi itu.

Liberalisme berasal dari bahasa Latin yaitu liber yang artinya ‘merdeka’ atau ‘bebas’. Pada awalnya istilah ini merujuk pada manusia merdeka yang terbebas dari perbudakan.

Dan pikiran ku pun berkelana.
Bebas dari perbudakan?  Very good.
Tapi....  Apakah keluarga adalah perbudakan?  
No way !!
Kalau memang keluarga dianggap perbudakan,  tidak akan ada keluarga di dunia barat yang notabene adalah penganut liberalism. 

Nyatanya, tidak sedikit dari keluarga penganut paham liberalism yang bertahan hingga puluhan tahun tanpa pertengkaran yang berarti.

Namun banyak perselingkuhan disembunyikan di balik paham ini.

Liberalism menjadi kambing hitam.
Bila liberalism menghalalkan perselingkuhan, akan banyak pertentangan akan paham ini di belahan dunia manapun. 

Keluarga - keluarga akan dipenuhi dengan pertengkaran dan pertengkaran. 

Suami - suami akan merasa rumah nya bukan surga nya lagi. Istri-istri akan menganggap rumah nya adalah neraka.

Padahal, sebagai human being, 
setiap orang seharusnya 
merasa nyaman di rumah nya sendiri, 
bersama dengan keluarga 
tempat dia menghabiskan masa tuanya.

Suami yang melindungi istri dan anak-anaknya.
Istri yang menjadikan rumah sebagai istananya.
Anak-anak yang bermain tanpa rasa cemas dan takut.

Rasa tentram dan sejahtera.
Ada rasa aman.
Ada rasa tenang.
Ada rasa nyaman.


Kenyamanan, yah, kenyamanan lah yang menjadi kunci segala kebahagiaan di dunia ini.

Bila liberalism tidak dapat memberikan rasa nyaman itu, mungkinkah paham yang satu ini diterima di banyak kalangan?

Bahkan beberapa kalangan ortodoks pun mencoba menerapkan paham yang kontroversional ini ?

Liberalism bicara masalah kebebasan 
tapi memberikan rasa nyaman bagi semua orang.

Bila beda pendapat diutarakan secara bebas,
namun berujung pada pertengkaran
dan rasa tidak terima bagi pihak yang kalah,
itukah liberalism ?

Liberalism bicara tentang kenyamanan bagi setiap kita.
Bila perselingkuhan memberikan rasa nyaman sesaat
dan neraka setelah kembali ke kehidupannya sendiri,
itukah liberalism ?

Keluarga ini menjadi contoh buruknya penerimaan arti liberalism yang sebenarnya.

Sang suami tidak menemukan kenyamanan di rumah nya. 
Mungkin dari cara sang istri berkata dan bertindak. 
Mungkin dari cara nya melayani suami. 
Mungkin dari cara nya berpikir yang membuat suaminya tidak merasa nyaman.

Sang istri tidak menemukan kenyamanan di rumah nya, 
Mungkin dari cara sang suami berkata dan bertindak. 
Mungkin dari caranya melayani istrinya, 
Mungkin dari cara berpikir nya yang membuat istrinya tidak merasa nyaman.

Kronisnya, setiap kali suami nya melangkah keluar dari rumah dengan alasan bodoh : "Karena suami saya liberal." pun diikuti dengan tindakan bodoh yang sama dari sang istri, juga dengan alasan yang sama.

Come on !

Liberalism bukan berarti "sepuluh langkah dari rumah, saya bukan seorang suami." 
Sepuluh langkah, sepuluh meter, sepuluh kilometer sekalipun, rasa nyaman lah yang dicari seorang anak manusia.

Rasa nyaman lah yang selalu membayanginya siang dan malam.
Tidak heran, 
banyak individu yang menganut paham liberalism ini 
memilih untuk hidup sendiri, 
karena di sanalah meraka merasa nyaman 
dan tidak merasa perlu membebani dirinya sendiri. 

Dan mereka tidak perduli apa kata orang.


Sementara beberapa orang lainnya, 
memilih untuk berkeluarga, 
karena di sanalah mereka merasa nyaman. 

Dan mereka tidak merasa terbeban 
dengan memiliki kewajiban dan tanggungjawab 
seorang suami, seorang istri, 
seorang ayah dan seorang ibu.


Penganut paham liberalism 
tidak mengenal kata "membayar harga", 
karena sedari awal mereka mengerti benar 
apa yang disebut kenyamanan. 

Bukan keterpaksaan, 
bukan karena khawatir akan "apa kata orang.", 
bukan karena tuntutan keluarga dan ,masyarakat.

Penganut liberalism paham banget 
arti sebuah kebahagiaan untuk dirinya sendiri, 
bukan kebahagiaan yang mereka lihat pada orang lain.

Individu yang liberal 
adalah individu yang melihat ke depan 
untuk hari yang lebih baik, 
malam yang lebih tenang, 
dan masa depan yang lebih cerah dan tanpa batas 
( Leonard Bernstein )


Hari yang lebih baik selalu menjadi motto para motivator
Masa depan yang lebih cerah dan tanpa batas adalah sebuah impian jangka panjang

Tapi tidak semua orang berani untuk melangkah demi sebuah malam yang tenang untuk menutup hari hari sibuk mereka.

Individu yang liberal berani mengambil langkah tersebut.

Dan ketika kita, yang dikenal dunia sebagai bangsa yang beragama dan memelihara budaya leluhur dan adat ketimuran ini, memilih untuk menjadi individu liberal, mungkin selayaknya kita bertanya dulu kepada diri kita sendiri, paham kah kita arti sebuah kenyamanan dan kebahagiaan?

Karena proses perubahan pasti membawa ketidaknyamanan.
Akan ada banyak pertentangan di dalam keluarga dan rekan ketika kita memutuskan untuk hidup sendiri, misalnya.

Hujan tudingan dan prasangka akan menghujam kita ketika kita memutuskan untuk berbagi kamar dengan lawan jenis untuk meringankan biaya, walaupun kita tidak melakukan apa-apa di dalam sana selain tidur dan bercerita, misalnya.

Bahkan pekerjaan kita pun bisa terancam ketika kita berbicara lantang tentang kecurangan di dalam perusahaan yang mengusik kita dan membuat kita tidak merasa nyaman.

Liberalism adalah tentang membuat dirimu sendiri nyaman, bukan membuat lingkungan kita nyaman.

Itulah kebebasan dari dalam jiwa kita sendiri.


Dua buah pendidikan :
Yang pertama mengajarkan kita 
bagaimana menciptakan 
kehidupan yang layak.
Dan yang lainnya mengajarkan kita 
bagaimana kita menjalani kehidupan ini.










Senin, 18 Maret 2019

Ikatan Alumni, Pentingkah ?

Pertengahan masa puasa pra paskah 2019, sebuah kabar duka tersiar dalam group alumni angkatan kami.

Berita duka..

Jam 09.40 pagi tgl 14 maret 2019, 

telah meninggal dunia Emiritus Guru Sosiologi Smak Santa Maria 
Bp Robby Wohon Tular


Tik tok percakapan di sosmed berlanjut.
Hampir semua mengirimkan ucapan belasungkawa nya.
Beberapa orang membangunkan kembali memori yang telah tidur selama puluhan tahun bersama beliau.
Beberapa lagi berencana untuk ke rumah duka.

Seperti biasa.
Persis seperti ketika group ini menerima berita duka.

Yang membedakan nya adalah kesendirian almarhum di akhir hidup nya.
Yang membedakan nya adalah aura bahu membahu.
Yang membedakan nya adalah sebuah pengumuman singkat.

Bagi Teman2 Alumni baik pribadi maupun grup  
yang ingin berpartisipasi untuk Alm.Pak Robby 
dalam bentuk konsumsi di RD GR ataupun di tempat kremasi Sentong 
dapat memberikan info kepada:
- Sdri. Lxxx Sxxxx
- No hp ^WA : 081xxxxxx

Sepanjang ingatan ku, tidak pernah ada group atau organisasi yang mengumumkan hal seperti itu secara terbuka.


Seketika itu juga,  perhatian ku tertuju ke kota kenangan ini,  Malang.

Khususnya ke rumah duka tempat persemayaman.

Ada sesuatu yang berbeda di sini,
Almarhum bukan satu-satunya guru yang pernah mengajar kami.

Almarhum juga bukan guru pertama yang meninggalkan kami.

Perbedaan yang penulis rasakan ini lah yang mendorong nya untuk meluncur ke kota ini.

Memasuki area parkir,  antara percaya dan tidak,  
dua buah ruangan tampak terang dan terbuka menyambut kedatangan kami.

Deretan bunga papan di depan kedua ruangan itu membuatku yakin,  
di ruangan ini lah,  jenazah pak guru ku itu disemayamkan.

Kaki ku tertahan ketika tidak tampak seorang anggota keluarga pun di sana.

Almarhum terbaring kaku di dalam peti yang tidak didampingi seorang pun.

Tidak ?
Nggak juga sih .....

Satu dua personil berseragam tampak ada di setiap sudut ruangan.

Di antara pengunjung.
Di depan pintu.
Di dekat almarhum.
Di stand sate ayam dan tahu tek di depan ruangan.

Mereka berbicara akrab dengan pengunjung
Mereka tampak mondar - mandir membawa piring-piring sate atau bakso

Mereka berkeliling mengedarkan buku tamu
Mereka memegang kamera.

What is this ?

Keluarga ?

Mereka terlalu sibuk untuk tampak berduka sebagai keluarga almarhum.

Alumnus angkatan berapa sih ?

Come on, beberapa dari mereka malah tampak berbeda generasi !!

Mataku pun berkelana mencari identitas dalam seragam mereka.

Aha !! IKASANMAR !!

Here you are !

Cukup lama sudah nama organisasi ini terdengar tidak asing.
Beberapa postingan nya pun sesekali tampak di timeline salah satu akun sosial media ku.
Satu dua kegiatan yang mereka selenggarakan kerap mampir di mata dan telinga ini.

Dengan Zr. Theresella Karti, kepala sekolah SMAK St Maria Malang hari ini, sebagai penasihat,
organisasi ini tampak mulai menggeliat menunjukan eksistensi mereka.

Playon adalah salah satu agenda yang mereka adakan secara rutin semenjak 2017.

Tapi baru hari ini, di sebuah ruangan rumah duka, dari dalam peti nya, alm. pak Robby seakan mengajak kita untuk tidak melupakan rumah tempat kita dibesarkan, dibentuk, dididik, dan ditempa sebelum memasuki kehidupan yang sebenarnya.


Sekolah Menengah Atas adalah tempat paling rawan untuk seorang remaja.

Tangan dingin seorang guru di sekolah dan pelukan hangat sebuah keluarga di rumah, bagaikan dua tangan maya yang mengukir nya menjadi seorang manusia.


Tanggungjawab dan kewajiban seringkali menahan langkah kita untuk berhenti sejenak dan kembali menengok kedua  tempat tersebut, rumah dan sekolah.

Puji Tuhan, beberapa orang diberikan hati untuk menggali dan memelihara memori di sana, SMA St Maria Langsep Malang, sekolah tempat kita mengintip kehidupan di luar sekolah.

Mereka berkumpul
Mereka menuangkan ide
Mereka membentuk organisasi
Mereka bergandengan tangan

Dan mereka merangkul alumnnus lain !!

Ketika ada satu dua orang tamu  mencari tempat duduk dan diam seorang diri tanpa bersosialisasi dengan kiri kanannya yang sebagian besar adalah para alumnus Santa Maria Langsep Malang juga, salah satu dari mereka mendekat, menjabat tangan nya dengan hangat dan menyapa, "Dari angkatan berapa ?"

Mereka berbincang.
Mereka berbicara,
Dan mereka mencatat data nya.
Tanpa mempedulikan dari angkatan berapa.

Luar biasa !!

Kekaguman itu pun tercetus dari salah seorang alumnus di dalam message  nya

Saya tak pandai berkata kata, 
saya tidak mahir menulis 
tapi saya akan coba mengungkapkan 
rasa KAGUM dan SALUT saya 
kepada IKASANMAR yang saya cintai.

Mulai dari Pak Robby sakit, 
dibawa ke RS Lavalete, 
kemudian karena peralatan yang kurang memadai 
sehingga dipindah ke RSUDSaiful Anwar.

Akhirnya Pak Robby menghembuskan nafas terakhir, 
jenazah disemayamkan di Gotong Royong, 
memilihkan peti, 
penentuan dikubur/ kremasi, 
penentuan saat kremasi, 
memberikan kesempatan pada para tamu 
untuk memberikan penghormatan terakhir pada Pak Robby, 
menyewakan bus untuk yang mengantar ke krematorium, 
dll dll dll , semua hal tersebut diatas 
tidak luput dari campur tangan IKASANMAR

Menurut saya pribadi ini hal yang sangat LUAR BIASA
Kalian luar biasa patut diacungi jempol,

Apresiasi, terima kasih, 
ucapan syukur pada Tuhan yang maha penyayang dan pengasih 
dan bagi IKASANMAR


IKASANMAR
Ikatan Keluarga St. Maria Malang

Ikasanmar bukan hanya milik segelintir orang
Ikasanmar milik setiap kita yang pernah sekolah di sana,
SMAK St. Maria Langsep Malang.

Ketika detik bergerak dan tahun berganti,
Kehidupan membawa kita menjauhi masa remaja
Kesempatan pun belum tentu datang kembali.

Selagi ada waktu, kayuh sepedamu
berputar arah dan kembali ke
Jalan Raya Langsep Malang 
di sebuah tempat yang bernama

SMAK St. Maria 



NEVER FORGET YOUR WAY BACK HOME

Sabtu, 16 Februari 2019

Aku, Kamu dan Dia

Satu waktu dalam perjalanan ku,  aku pernah punya mimpi, mimpi yang terinspirasi ketika aku menghabiskan malam malam ku di sebuah desa yang jauh dari keramaian, di tempat paling tinggi di sebuah propinsi negeri ini.


Membuka hari dengan aroma kopi segar. kicauan burung menemani ku.
Suara anak anak berceloteh melewati ku dengan seragam sekolah mereka.
Senyum tulus tetangga.
Salam hangat sahabat.

It's gonna be a wonderful day!!!

Hari yang kututup dengan canda ringan.
Hari yang tanpa kepura-puraan.
Hari yang tanpa trik dan strategi.
Hari yang tanpa konflik dan salah paham.
Hari yang sarat dengan damai.

Yes, it was a wonderful day!!!

Air mata ku jatuh setiap kali aku berkemas di hari terakhir.
I don't want to leave, but I have to.

Aku tau aku harus meninggalkan surga ini.
Kembali ke kehidupan ku.
Kembali ke kewajiban ku.
Kembali ke tanggung jawab ku.

Dan aku pun berangan angan.
Seandainya aku dilahirkan sebagai anak desa....
Seandainya aku tidak pernah mengenal kehidupan kota....
Seandainya......
Dan seandainya.....

It won't be me!

Tidak akan ada AKU di dunia ini.
Tidak akan ada kehidupan lain di dalam AKU.

Tapi AKU ada sekarang. 
Dengan karakter ku
Dengan rupa ku
Dengan darah ku
Dengan kisah ku

Tokoh AKU pun terbentuk.

Tidak ada yang persis sama di dunia ini.
Karakter ku bukan satu satu nya. 
Rupa ku sering salah dikenali orang. 
Darah ku hanya dimiliki keluarga ayah ibu ku. 
Tapi kisah ku,  hanya milik AKU.

Hanya ada satu AKU di dunia ini.

Bangga?  For sure,  yes,  i am.


Aku bukan kamu dengan kisah mu.
Aku bukan dia dengan kisah nya.

Sebagai orang beragama, kita percaya pada karya ciptaan Nya.

Tapi tahukah kita,  
bahwa setiap detil kehidupan kita, 
 kehidupan ku dan kehidupan mu,  
telah direncanakan bahkan sebelum tetes pertama ?

Sel telur dan sel sperma siapa yang akan bertemu. 
Dalam kandungan siapa embrio itu akan ditempatkan
Keluarga mana yang mendapat mandat untuk membesarkan nya. 
Lingkungan seperti apa yang akan membentuk karakter nya

Ketika siap untuk mencari jalan sendiri,  
tiap kehidupan pun diperlengkapi 
sesuai dengan peran nya masing masing.

Cangkul untuk sang petani. 
Kail dan jala untuk si nelayan. 
Panah dan tombak untuk pemburu.


Tidak ada alasan bagi ku 
untuk melihat apa yang kamu punya. 
Tidak ada alasan bagi ku 
untuk cemburu pada apa yang dia punya.

Karena nelayan tidak memerlukan cangkul. 
Dan petani tidak memerlukan panah.

Ketika kita masih di bangku sekolah,  
lingkungan kita mencekoki pikiran kita untuk menjadi seperti pak guru ANU atau bu dokter ITU

Ketika kita sudah membentuk kehidupan kita sendiri,  lingkungan pulalah yang menuntut kita untuk memiliki rumah seperti rumah Oom ITU atau mobil seperti mobil Mas ANU.

Kehidupan orang lain lah yang kita inginkan.
Bukan kehidupan kita sendiri.

Padahal,  mereka juga punya kisah sendiri.
Dia juga punya kisah sendiri.
Kamu juga punya kisah sendiri.


Alih alih mencari tahu mimpi mu
Aku memiliki mimpi ku sendiri
Bukan mimpi menjadi orang lain.

Cause my story hasn't been ended yet

Alih alih terlibat dalam kisah mu
Aku memiliki kisah impian ku sendiri
akan tahun tahun terakhir ku.

Tahun yang tanpa kepura-puraan. 
Tahun yang tanpa trik dan strategi. 
Tahun yang tanpa konflik dan salah paham. 
Tahun yang sarat dengan damai.

Alih alih menyesali apa yang tidak aku miliki
Aku memiliki mimpi.
Untuk dapat berkarya 
dengan apa yang aku punya.

Alih alih mencari jawaban kemisteriusan
Aku memiliki mimpi
Untuk dapat bersahabat dengan alam 
Dengan pohon dan gunung. 
Dengan tanah dan air. 
Dengan burung dan mamalia.


Aku,  kamu dan dia
Memiliki kisah yang berbeda
Memikul tanggung jawab yang berbeda. 
Dilengkapi dengan alat yang berbeda pula.

Aku tidak bisa menjadi kamu. 
Kamu tidak mungkin menjadi dia.

Aku, kamu dan dia. 
Berada di jalan masing masing. 
Dengan satu tujuan yang sama. 
Menemukan maksud karya ciptaan Nya

Di dalam aku. 
Di dalam kamu. 
Di dalam dia




Kamis, 14 Februari 2019

GELAS GELAS KACA

Ketika aku mendengar jeritan hati seorang lelaki "sempurna" yang jatuh cinta lagi setelah silver wedding anniversary nya beberapa tahun lalu, aku melihat nya seperti sebuah gelas kaca.

Bukan seperti kisah di balik lagu Gelas Gelas Kaca yang populer puluhan tahun lalu, yang "...... bercerita tentang curahan hati anak yatim piatu yang hanya bisa bercerita kepada kaca."

Bukan seperti apa yang di dalam gelas kaca itu.
Tetapi seperti gelas kaca itu sendiri.

Suami yang bertanggung jawab.
Setia.
Sayang keluarga.
Lelaki yang bebas dari gosip.

Latar belakang pernikahan nya membuat gelas itu rapuh.


Penempatan gelas itu di tempat yang aman dan jauh dari debu saja lah yang membuat gelas itu tampak kuat dan abadi.

Tidak untuk debu.
Tidak untuk disentuh.
Tidak untuk digunakan.
Bahkan tidak untuk menjadi retak sekalipun.

So secure.

Tapi kaca adalah kaca.
Sama seperti benda lain di bumi ini,  tidak afa yang abadi.

Segala sesuatu memiliki batas nya.
Segala sesuatu memiliki umur.

Dia takut untuk melangkah. 
Dia takut untuk bertindak.

Dia takut untuk kembali 
seperti yang diinginkan pembuat nya.

Dia takut 
untuk melepas status nya sebagai gelas hiasan.

Dia takut untuk keluar 
dari lemari nya selama puluhan tahun.

Tragis nya,  
Dia takut untuk jujur kepada dirinya sendiri.


Beberapa perempuan datang dan pergi dalam kehidupan nya.
"Aku anggap sebagai saudara perempuan ku. "

Munafik ?
Pencitraan diri ? 
Sekedar menjaga perasaan pasangan nya?














Atau.......  Jaim?

Jaga image nya sebagai lelaki yang setia.
Jaga image nya sebagai pasangan yang sempurna.
Jaga image nya sebagai teman yang bersih
Dan bebas dari terpaan gosip

We don't know. 

Itu adalah pilihan nya.

Be perfect or be yourself

Walau pada satu waktu,  lelaki sempurna ini sampai kepada satu titik,  "Bagaimana dengan perasaan ku sendiri? ".................

Walau gelas kaca itu pun bergoyang. .............

Pelan. ..........
Sedikit. ........
Tidak banyak  ............ 
Tidak mungkin jatuh.......... 
Apalagi retak..........

Dia pun kembali berdiri tegak. 

Perfecto!!!

Entah sudah berapa hati dihancurkan nya. 
Entah sudah berapa tetes air mata jatuh ke bumi karena nya.
Entah sudah berapa pasang mata menjadi lebam karena keputusan nya.

Dia masih menjadi sebuah gelas kaca pajangan,  
menjadi seperti yang orang inginkan untuk dilakukan nya.

Dia lebih memilih untuk hidup di balik topeng nya
Bukan menjadi diri nya sendiri.

Dia memilih untuk menjadi "tampak" sempurna,  walau dia tau dengan pasti nobody's perfect,  tidak ada orang yang sempurna. 

Sehingga ketika dia gagal untuk menjadi sempurna,  tidak ada henti nya lelaki ini menyalahkan dirinya sendiri. 

So tragically!!!


Dan aku pun berbisik pelan

Bila untuk menjadi sempurna 

aku harus menyakiti banyak orang  

aku memilih untuk menjadi tidak sempurna.




Bila untuk menjadi sosok

seperti yang diinginkan orang lain,

aku harus mengorbankan diriku sendiri

aku memilih untuk  tidak mendengarkan 

apa kata orang dan

 menjadi  diriku apa adanya


Senin, 28 Januari 2019

SANG MAESTRO

Berada di ujung jalan Gubeng Surabaya, Maestro,  tempat digital printing ini tampak ramai dikunjungi orang yang datang dan pergi, membuatku berhenti sejenak sambil memutar kembali memori di kepala ini.

Nama ini cukup familiar.

Yah....  Aku melihat nya beberapa kali ketika menyusuri jalanan kota Malang.

Nama yang muncul pertama kali dalam benak siapa pun yang memerlukan nya,  khusus nya di kalangan muda mudi kota pelajar itu.

Sejenak aku terpaku ketika dalam sebuah kesempatan,  aku dikenalkan seorang kawan kepada pemilik usaha ini.

Berpenampilan apa adanya dengan celana bermuda nya ditambah dengan celetukan celetukan ringan yang keluar dari bibir nya,  tidak membuat lelaki setengah abad ini tampak berbeda dengan teman teman sebayanya.

Keberhasilan nya di dalam usaha yang dirintis nya sedari masih di bangku sekolah tidak membuat nya lupa akan jati diri nya sendiri.

Dia masih seorang teman bagi kami. 

Dia masih seorang sahabat yang rendah hati.
Dia masih mau bergurau 
dengan teman teman sepermainan nya dulu,  
walau waktu telah menempatkan kami 
pada posisi yang berbeda.

Dia masih tetap mencintai dan dicintai

Rasa cinta nya pada para karyawan nya pun berbalik kepada nya lagi ketika diterimanya kejutan manis yang mereka berikan di pintu rumah nya ketika berulang tahun.


"Aku selalu katakan pada mereka,  
kalau aku memerlukan mereka.  
Tapi aku pun mencintai mereka.  
Seandainya ada peluang kerja lebih baik,  
aku tidak akan melarang mereka 
buat meraih kesempatan itu 
demi masa depan nya, 
karena itu adalah hak mereka. 
Tapi tolong beri waktu 
untuk mengisi kekosongan nya setelah itu. "

Sungguh bijaksana!

S U D A T N O

Tidak banyak yang bisa aku buka dalam lembaran album masa kecil ku,  tapi aku tau dengan pasti,  dialah teman sekolah ku dulu.

Walau suka main seperti anak anak lain nya,  Sudatno muda sudah memikirkan hidup nya sekian tahun mendatang.

Putra pemilik depot mie ini berani mengambil langkah pertama nya.

"Aku memulai dengan mesin foto copy bekas seharga lima ratus ribu," ujar nya merendah.

Anak muda yang luar biasa ini sanggup melihat peluang.

Tiga puluh tahun lalu,  tempat foto copy adalah tempat yang wajib dikunjungi para pelajar dan mahasiswa.

Sudatno muda berdiri dan meraih peluang itu walau dengan berjinjit di ujung jari kaki nya.

Pemuda ini melangkah, 
perlahan dan pasti. 

Kaki nya berdarah. 
Tulang nya nyeri. 
Jemari  nya membengkak. 
Kuku nya patah merobek kulit nya.


Tersandung, tapi dia mampu bangkit lagi.
Dan kembali melanjutkan perjalanan nya.


Ketika era keemasan fotocopy tergeser oleh digital,  dia tidak mengijinkan matanya melihat akhir perjalanan nya. 

Justru saat itulah dia sanggup melihat nya sebagai awal babak baru dalam usaha nya.

Bahkan di usia nya sekarang,  ketika teknologi laser mulai memasuki dunia industri,  bapak dua orang pangeran ini mampu menangkap peluang itu sebagai langkah awal untuk generasi penerus nya.  

Dia membuktikan pada dunia,  bahwa dia sanggup.

Dia sanggup menahan diri di saat teman teman sebaya nya menikmati masa muda mereka.
Dia sanggup bergerak mengikuti jaman,  ke mana pun arah nya.

Bahkan dia sanggup menahan mimpi kekasih nya akan sebuah pesta pernikahan yang megah,  mimpi yang akhirnya terwujud dua puluh lima tahun kemudian, persis di Silver Wedding Anniversary mereka.

Sudatno layak mendapatkan hiburan dari seorang diva negeri ini!



S U D A T N O

Menolak disebut boss,  
pengusaha fotocopy ini 
belum melihat akhir dari perjuangan nya.

Bukan untuk diri nya sendiri
Tapi untuk kedua putra mahkota nya




Tetap lah berjuang,  sahabat. 
Tetap lah menjadi inspirasi kami. 
Tetap lah memegang ilmu padi,
Ilmu ketimuran dalam kancah globalisasi.


kupandangi dari atas tanah yang retak
kupandangi dari atas tanah 
yang tergenang
diselimuti air

warnamu yang semakin hari terlihat kuning
selalu terganti hijau 
yang enggan untuk hilang
menunduk ditiup angin
menari dihinggapi capung




Bravo,  Maestro! 

Bravo,  kawan!



Sabtu, 26 Januari 2019

DOSA versus KASIH

Bobby Griffith,  seorang gay dari keluarga aktivis gereja,  ditemukan tewas bunuh diri pada tahun 1980 an.


Di hari pemakaman nya,  Mary Griffith,  sang ibunda,  terperangkap dalam kesedihan yang mendalam karena yakin putra terkasih nya itu menjadi penghuni neraka.

Sampai akhir nya,  Mary mendapatkan jawaban lewat Rev. Whitsell,  pendeta dari gereja di mana Bobby beribadah selama ini.

Tuhan saja menerima Bobby,  masakan kami tidak?

Mary pun tersentak.

Kisah Sodom dan Gomora yang telah dibumihanguskan 
bersama para gay nya,  
kisah yang telah dihafalkan nya selama bertahun tahun,  
kisah yang sering digunakan nya sebagai senjata melawan dosa, 
telah mengalahkan kasih nya pada anak nya sendiri.

Bobby, putra kesayangan nya,  tidak sanggup menahan kekecewaan yang teramat besar  pada ibu nya, pada orang orang dekat nya,  pada gereja nya,  pada pelayanan nya selama ini.

Lelaki muda ini tidak memiliki siapa siapa ketika dia memerlukan a shoulder to cry on.

Kesepian,  kegagalan,  perasaan berdosa,  ketakutan nya,  membuat nya mengambil langkah nekad dengan mengakhiri hidup nya.

Dia tidak merasakan secuil kasih pun dari orang orang terdekatnya,  terlebih lagi ketika pasangan gay nya memilih untuk menjadi normal karena desakan keluarga dan lingkungan nya.

Dan Bobby Griffith bukan satu satu nya anak Tuhan yang terjebak dalam tuduhan dosa,  dosa,  dan dosa.

Di akhir jaman ini,  gereja dipenuhi oleh orang orang berdosa, bahkan banyak dari mereka yang menjadi sampah masyarakat.

Gereja menerima mereka dengan tangan terbuka.

Puji Tuhan!!

Tapi sanggupkah gereja memelihara dan membesarkan mereka?

Hampir empat puluh tahun perjalanan kekristenan ku,  aku melihat, mendengar,  bahkan mengalami banyak kekecewaan terhadap gereja.

Tuduhan dosa, dosa,  dan dosa,  acapkali  tersirat dan tersurat dalam setiap komunikasi dalam komunitas eksklusif ini.

Mereka mengatakan nya teguran.
Dan mereka tidak salah.

Bukankah kita wajib menegur seorang akan yang lain? 

Hendaklah perkataan Kristus diam 
dengan segala kekayaannya di antara kamu, 
sehingga kamu dengan segala hikmat 
mengajar dan menegur seorang akan yang lain 
dan sambil menyanyikan mazmur, dan puji-pujian 
dan nyanyian rohani, 
kamu mengucap syukur 
kepada Allah di dalam hatimu.  
( Kolose 3:16 )



Salah kah Mary Griffith menegur putra nya?
TIDAK. Sangat alkitabiah. 

Kesalahan fatal nya adalah ketika dia menggunakan kata kata yang salah :

I never have a gay son. 
Aku tidak pernah punya seorang putra gay.

Kesalahan fatal nya adalah ketika dia menempelkan ayat ayat alkitab di dalam setiap sudut rumah yang menguatkan tuduhan nya itu,  agar Bobby senantiasa membaca dan mengingat nya. 

Dan itu merupakan teror bagi seorang Bobby. 

Kesalahan fatal nya adalah ketika tidak bisa menerima alasan Bobby yang tidak mampu untuk berubah menjadi seperti keinginan nya.

Kesalahan fatal nya adalah ketika lelaki muda ini tidak dapat lagi merasakan kasih seorang ibu.

DOSA atau KASIH.

Dua perbedaan besar yang dapat dilihat dengan mata awam sekalipun. 

Namun pada saat yang bersamaan,  kabut tebal menyamarkan pandangan kita. 

DOSA selalu muncul setiap kali kita menyelidiki Hukum Taurat.

KASIH senantiasa terasa dalam ajaran Yesus.

Kedua hal yang dianggap bertentangan inilah yang membuat para imam dan ahli taurat mengutuki Yesus.

Dan Yesus mengetahui apa yang ada dalam pikiran mereka,  sehingga Dia berkata :

"Janganlah kamu menyangka, 
bahwa Aku datang untuk meniadakan 
hukum Taurat atau kitab para nabi. 
Aku datang bukan untuk meniadakannya, 
melainkan untuk menggenapinya. 
( Matius 5:17 )


Para imam Farisi dan ahli Taurat pun mendesak Nya dengan bertanya :

"Guru, hukum manakah yang terutama dalam hukum Taurat?" ( Matius 22:36 )

Dan Yesus menjawab mereka :

"Kasihilah Tuhan, Allahmu, 
dengan segenap hatimu 
dan dengan segenap jiwamu 
dan dengan segenap akal budimu. 
Itulah hukum yang terutama dan yang pertama.
Dan hukum yang kedua, 
yang sama dengan itu, ialah: 
Kasihilah sesamamu manusia 
seperti dirimu sendiri.
Pada kedua hukum inilah 
tergantung seluruh hukum Taurat 
dan kitab para nabi." 
( Matius 22:37-40 )

KASIH. 
Itulah jawaban Yesus 
tentang inti dari hukum Taurat.



4 hukum pertama dari 10 hukum itu adalah untuk menjaga hubungan kita dengan Tuhan kita.
Sementara 6 lain nya adalah untuk menjaga keharmonisan dengan sesama. ( Ulangan 5:16-21 ).

Pernah kah kita bertanya,  mengapa Tuhan menurunkan semua perintah dan laranganNya itu?
Tuhan punya alasan.

Hormatilah ayahmu dan ibumu, 
karena  bila tidak,  akan melahirkan kekecewaan.

Jangan membunuh, 
karena akan menimbulkan dendam.

Jangan berzinah, 
karena akan mendatangkan amarah.

Jangan mencuri, 
karena akan menuai kebencian

Jangan mengucapkan saksi dusta 
tentang sesamamu, 
karena akan menjadi benih sakit hati

Jangan mengingini apa pun 
yang dipunyai sesamamu, 
karena akan memercik 
api perang saudara.

Perang saudara. Sakit hati. Dendam. Kecewa. 
Amarah. Kebencian.

Segala perselisihan itulah yang seharusnya tidak kita ciptakan lewat teguran kita terhadap sesama.

KASIH lah yang meniadakan DOSA.

Tanpa kasih,  
teguran akan menjadi tuduhan. 

Tanpa kasih,  
rangkulan akan menjadi cambukan. 

Tanpa kasih,  
doa akan menjadi teror.

Tanpa kasih,  
dosa akan menutup mata seseorang 
terhadap kebaikan sesama.

Dan aku merasakannya sendiri.

Aku menangis ketika putri tunggalku menjadi apatis dengan iman nya itu.

Aku berontak kepada gereja ketika mereka membuat anak yang pernah kukandung ini berkata sinis : Buat apa ke gereja.

Aku melihat ada yang salah ketika perempuan muda ini secara terang terangan memproklamasikan ketidakperdulian nya pada setiap ayat alkitab.

Tapi aku mengasihi nya.

Anak itu kecewa. Aku juga.
Ekspektasi nya terhadap gereja terlalu tinggi. 
Aku memiliki pengalaman dalam hal ini. 

Dia belum pernah merasakan indah nya pelukan Kasih.  Aku sudah. 

Iman ku terlalu besar untuk menyangkal kekristenan ku

Seperti rusa yang tindu akan aliran air, 
aku  rindu untuk mendengar suaraNya lewat setiap Frrman Nya. 

Aku rindu untuk menyenangkanNya lewat pujian dan penyembahan, 

Aku rindu untuk merasakan hadiratNya di setiap helaan napas ku.

Dan aku pun rindu merasakan KasihNya. 

Walau  bukan lewat mereka yang mengaku  menjadi pengikut Kristus yang sarat dengan ajaran kasih nya, aku rasakan justru lewat orang di luar sana,

Ada rasa malu untuk mengakuinya. 

Bukan karena Yesus ku aku malu. 

Aku bangga akan Dia.  Amat sangat bangga.

Aku malu pada diri ku sendiri. 
Aku malu pada mereka di luar sana. 
Aku malu karena itulah gereja akhir jaman ini.

Kita belajar Alkitab. 
Kita membedah Alkitab.
Kita ikut kelas diskusi Alkitab.
Kita berusaha menemukan Yesus di dalam Alkitab.

Persis seperti yang dilakukan imam imam Farisi dan ahli ahli Taurat.

Dan mereka tidak menemukan Mesias!!
Persis seperti kita tidak melihat Yesus di dalam Alkitab !!

Celakalah kamu, 
hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, 
hai kamu orang-orang munafik, 
karena kamu menutup pintu-pintu 
Kerajaan Sorga di depan orang. 
Sebab kamu sendiri tidak masuk 
dan kamu merintangi mereka 
yang berusaha untuk masuk. 
( Matius 23 :13 )


Karena kita mengandalkan pengetahuan kita tentang Alkitab,  bukan pengalaman kita bareng Yesus.

Di dalam keterpurukan nya di lembah yang paling dalam dan gelap,  Ayub memiliki pengalaman bersama Tuhan nya,  sehingga pada akhir nya dia bisa berkata :

Hanya dari kata orang saja
aku mendengar tentang Engkau, 
tetapi sekarang mataku sendiri 
memandang Engkau. 
( Ayub 42:5 )


DOSA versus KASIH.

DOSA melahirkan tuduhan. 
KASIH membentuk teguran.

Perbedaan tipis 
yang membawa dampak luar biasa,
karena teguran membangun iman,  
tapi tuduhan membinasakan nya.

Jika ada orang yang membinasakan bait Allah, 
maka Allah akan membinasakan dia. 
Sebab bait Allah adalah kudus 
dan bait Allah itu ialah kamu 
( 1 Korintus 3:17 )


Halleluyah !