Kamis, 14 Februari 2019

GELAS GELAS KACA

Ketika aku mendengar jeritan hati seorang lelaki "sempurna" yang jatuh cinta lagi setelah silver wedding anniversary nya beberapa tahun lalu, aku melihat nya seperti sebuah gelas kaca.

Bukan seperti kisah di balik lagu Gelas Gelas Kaca yang populer puluhan tahun lalu, yang "...... bercerita tentang curahan hati anak yatim piatu yang hanya bisa bercerita kepada kaca."

Bukan seperti apa yang di dalam gelas kaca itu.
Tetapi seperti gelas kaca itu sendiri.

Suami yang bertanggung jawab.
Setia.
Sayang keluarga.
Lelaki yang bebas dari gosip.

Latar belakang pernikahan nya membuat gelas itu rapuh.


Penempatan gelas itu di tempat yang aman dan jauh dari debu saja lah yang membuat gelas itu tampak kuat dan abadi.

Tidak untuk debu.
Tidak untuk disentuh.
Tidak untuk digunakan.
Bahkan tidak untuk menjadi retak sekalipun.

So secure.

Tapi kaca adalah kaca.
Sama seperti benda lain di bumi ini,  tidak afa yang abadi.

Segala sesuatu memiliki batas nya.
Segala sesuatu memiliki umur.

Dia takut untuk melangkah. 
Dia takut untuk bertindak.

Dia takut untuk kembali 
seperti yang diinginkan pembuat nya.

Dia takut 
untuk melepas status nya sebagai gelas hiasan.

Dia takut untuk keluar 
dari lemari nya selama puluhan tahun.

Tragis nya,  
Dia takut untuk jujur kepada dirinya sendiri.


Beberapa perempuan datang dan pergi dalam kehidupan nya.
"Aku anggap sebagai saudara perempuan ku. "

Munafik ?
Pencitraan diri ? 
Sekedar menjaga perasaan pasangan nya?














Atau.......  Jaim?

Jaga image nya sebagai lelaki yang setia.
Jaga image nya sebagai pasangan yang sempurna.
Jaga image nya sebagai teman yang bersih
Dan bebas dari terpaan gosip

We don't know. 

Itu adalah pilihan nya.

Be perfect or be yourself

Walau pada satu waktu,  lelaki sempurna ini sampai kepada satu titik,  "Bagaimana dengan perasaan ku sendiri? ".................

Walau gelas kaca itu pun bergoyang. .............

Pelan. ..........
Sedikit. ........
Tidak banyak  ............ 
Tidak mungkin jatuh.......... 
Apalagi retak..........

Dia pun kembali berdiri tegak. 

Perfecto!!!

Entah sudah berapa hati dihancurkan nya. 
Entah sudah berapa tetes air mata jatuh ke bumi karena nya.
Entah sudah berapa pasang mata menjadi lebam karena keputusan nya.

Dia masih menjadi sebuah gelas kaca pajangan,  
menjadi seperti yang orang inginkan untuk dilakukan nya.

Dia lebih memilih untuk hidup di balik topeng nya
Bukan menjadi diri nya sendiri.

Dia memilih untuk menjadi "tampak" sempurna,  walau dia tau dengan pasti nobody's perfect,  tidak ada orang yang sempurna. 

Sehingga ketika dia gagal untuk menjadi sempurna,  tidak ada henti nya lelaki ini menyalahkan dirinya sendiri. 

So tragically!!!


Dan aku pun berbisik pelan

Bila untuk menjadi sempurna 

aku harus menyakiti banyak orang  

aku memilih untuk menjadi tidak sempurna.




Bila untuk menjadi sosok

seperti yang diinginkan orang lain,

aku harus mengorbankan diriku sendiri

aku memilih untuk  tidak mendengarkan 

apa kata orang dan

 menjadi  diriku apa adanya


Tidak ada komentar:

Posting Komentar