Rabu, 24 Januari 2018

Seandainya Tuhan mengerti keadaan ku

Kalau Yesus ada di posisi ku, apa yang akan DIA perbuat ?

Pertanyaan itu menyelinap di dalam hati kecil ini ketika penulis berada di dalam satu kondisi di mana sebagai manusia yang hidup dalam darah dan daging, penulis mengalami tekanan yang luar biasa. 

Ditinggalkan, pengkhianatan, pemberontakan, perampasan, penghinaan, penghakiman, yang semuanya itu membawa penulis ke satu titik terendah : “Ambil nyawaku, tapi jangan RohMu ya Tuhan”, karena penulis tahu persis, di dalam Roh Nya tercipta hadiratNya, dan di dalam hadiratNya ada penghiburan, ada pengharapan, ada sukacita, ada damai, ada kemenangan, ada pembelaan, ada kasih.

Tuhan membawa penulis ke satu titik, di mana penulis bukan hanya diajak untuk melihat apa yang BISA DIA perbuat untuk kita, namun apa yang HARUS kita perbuat untuk menyenangkan hatiNya.

“Bentuklah aku agar menjadi serupa sepertiMu, Yesus.” Bukan kah itu kerinduan kita?
“Yesusku, kalau Engkau ada di posisi ku, apa yang akan Kau lakukan ?”



Pertanyaan ini adalah cermin kekristenan kita, karena hanya Tuhan kita yang turun ke bumi, dan menjadi sama seperti kita. Lahir di kandang domba, mengalami masa kanak-kanak sebagai anak tukang kayu, memenuhi panggilan Nya di usia dewasa, dan harus mengalami kematian. Sama seperti kita, manusia berdosa ini. Itulah 33 tahun masa-masa di mana Tuhan kita, khalik langit dan bumi ini, menjejakkan kaki nya ke bumi, berjalan di antara kita, makan bersama kita, kehujanan dan kepanasan bareng kita, bertumbuh dan belajar seperti kita.

Perbedaan terbesar Yesus dengan manusia berdosa adalah Sikap Nya, khususnya ketika menghadapi penderitaan yang paling mengerikan dalam sejarah planet ini, yaitu penyalibanNya.




“Yesusku, kalau Engkau ada di posisi ku, apa yang akan Kau lakukan ?”

Yang akan Dia lakukan tercermin di dalam 10 perkataanNya dalam perjalanan Nya menuju salib kematianNya.

1.    Bersekutu dengan saudara seiman.

“Hatiku sangat sedih, seperti mau mati rasanya. Tinggallah di sini dan berjaga-jagalah dengan Aku.” ( Matius 26 : 38 )

Membayangkan posisiNya saat itu, penulis meneteskan air mata.
Seorang guru yang luar biasa, motivator legendaris, dokter yang ajaib, sahabat yang dicintai banyak orang, teman yang ditunggu ribuan kaum lelaki dan perempuan, pembela kaum lemah dan tertindas, kehilangan semangatNya untuk sesaat ketika menyadari penderitaan yang akan Dia hadapi sekian jam kemudian.

Sepedih apakah penderitaan yang menantiNya saat itu sehingga Dia merasa sangat sedih, merasa mau mati, bahkan merasa memerlukan sahabat ?

Dia sudah mengalami saat-saat itu sebelum kita semua mengalaminya, bahkan sebelum kita berpikir bahwa kita akan mengalami semua penderitaan kita.

Dan sang Putra Allah itu pun meminta beberapa sahabat untuk menemaniNya.


Bersekutu dengan saudara seiman, tidak menarik diri dari komunitas orang percaya, tanpa merasa malu dengan keterpurukan yang sedang kita alami saat ini, merupakan langkah awal untuk menghadapi badai dalam kehidupan kita.

Lupakan kesombongan rohani kita, karena Bapa kita mendidik setiap anak yang dikasihiNya.

“Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam namaKu, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka.” ( Matius 18 : 20 )

Itulah langkah awal Yesus dalam menghadapi penderitaanNya. Itulah yang pertama kali Yesus lakukan bila berada di posisi kita.

2.    Penyerahan Total.

“Ya Abba ya Bapa, tidak ada yang mustahil bagiMu. Ambillah cawan ini daripadaKu, tetapi janganlah apa yang Aku kehendaki, melainkan apa yang Engkau kehendaki” ( Markus 14 : 36 )

Keempat Injil mencatat betapa Yesus menginginkan untuk tidak meminum cawan itu hingga Ia memohon sampai tiga kali kepada BapaNya.

-         “Maka Ia maju sedikit, lalu sujud dan berdoa, kataNya : Ya BapaKu, sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu daripadaKu, tetapi janganlah seperti yang Ku kehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki” ( Matius 26 : 39 )
-         “Lalu Ia pergi untuk kedua kalinya dan berdoa, kataNya : Ya BapaKu, jikalau cawan ini tidak mungkin lalu kecuali apabila Aku meminumnya, jadilah kehendakMu” ( Matius 26 : 42 )
-         “Ia membiarkan mereka di situ lalu pergi dan berdoa untuk yang ketiga kalinya dan mengucapkan doa yang itu juga” ( Matius 26 : 44 )

Begitu pahitnya cawan itu sehingga kemanusiaan Yesus berharap untuk dijauhkan darinya.



“Ia sangat ketakutan dan makin bersungguh-sungguh berdoa, PeluhNya menjadi seperti titik-titik darah yang bertetesan di tanah” ( Lukas 22 : 44 )

Seringkali kepahitan dan tekanan yang kita alami membuat kita memaksakan kehendak kita sendiri. Tuhan bagaikan tukang mujizat yang bisa kita perintah. 

Kegelapan membutakan kita sehingga kita tidak dapat melihat rencanaNya. 

Kekhawatiran dan ketakutan membuat kita membuat deadline sendiri yang kita sodorkan kepada Sang Pencipta Langit dan Bumi.

Ketika tanda-tanda badai sudah terasa, di saat awan gelap dan tebal sudah terlihat, dan hembusan angin semakin kencang, kita pun berteriak, “Tuhan……. Jauhkan badai itu daripadaku. Belokkan anginnya, sekarang !”

Mampukah kita berdoa, “Tuhan, sekiranya mungkin, hindarkan badai itu dari laju perahu ku, bukan seperti kehendakku, melainkan sesuai dengan KehendakMu saja,” seperti yang dilakukan Yesus dalam posisi kita ?

Ketika penyerahan total itu kita lakukan, Bapa di Surga tidak tinggal diam.
“Maka seorang malaikat dari langit menampakkan diri kepadaNya untuk memberi kekuatan kepadaNya” ( Lukas 22 : 43 )




3.    Diam dan tidak melawan.

“Kata Yesus kepata Petrus : Sarungkanlah pedangmu itu. Bukankah Aku harus minum cawan yang diberikan Bapa kepadaKu?”  ( Yohanes 18 : 11 )

Ketika kita dihakimi oleh teman, sahabat, bahkan oleh orang terdekat kita, terkadang kita merasa perlu membela diri kita kan?! Ada perasaan nyaman ketika beberapa orang berpihak ke kita dan berkata, “Kamu benar. Dia yang salah.”  Bila kita tidak membela diri kita, semua orang pasti akan menyalahkan kita, dan kita pun akan ditinggalkan sendiri ! Betapa menyakitkannya keadaan itu.

Dan itulah yang dilakukan Petrus, sahabat Yesus.

Walaupun lidah dan bibir kita lantang berteriak, “Tuhan adalah pembelaku,” kemanusiaan kita memaksa kita untuk membuka mulut dan membela diri. Tapi kemanusiaan Yesus beda ! Dia diam!

“Dia dianiaya, tetapi Dia membiarkan diri ditindas dan tidak membuka mulutnya seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian, seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya, ia tidak membuka mulutnya” ( Yesaya 53 : 7 )


Yesusku…. Mampukan aku untuk menutup mulutku …..

4.    Memikirkan Orang Lain.

“Hai puteri-puteri Yerusalem, janganlah kamu menangisi Aku, melainkan tangisilah dirimu sendiri dan anak-anakmu. ( Lukas 23 : 28 )”

Ketika kita kehilangan pekerjaan, sangatlah manusiawi bila kita kemudian berpikir tentang langkah-langkah apa yang akan kita ambil untuk hari-hari, bulan-bulan dan tahun-tahun berikutnya. 

Bukan hanya masalah ekonomi. Namun juga masalah kebosanan dan kejenuhan. 

Selama sekian puluh tahun, hari-hari yang kita lalui cukup menyita waktu kita. Dari pagi, siang, sore, bahkan ke malam. Begitu sibuknya, hingga tanpa terasa tahun yang baru sudah memasuki bulan ke tiga, ke enam, ke delapan, dan malam tahun baru lagi.

Namun ketika semua kesibukan itu terenggut, hari-hari seperti apa yang akan kita lalui ?
Setelah makan pagi, menunggu waktu makan siang, tidur siang, dan menunggu waktu malam ?
Sungguh menyiksa.

Memikirkan hari-hari seperti itu saja kadang kita tidak sanggup, sehingga kita akhirnya berencana untuk mencari kesibukan pasca pemutusan hubungan kerja kita. Beberapa orang berpikir untuk membuka bisnis. Beberapa lagi memutuskan untuk menyibukkan diri nya dengan hobby yang jarang mereka lakukan di masa produktif . Akhirnya kita sibuk memikirkan diri kita sendiri.

Kita lupa berpikir apakah satpam di komplek perumahan kita sudah membayar uang sekolah anaknya. Atau apakah tukang sampah sudah makan pada hari itu. Apakah pembantu di rumah kita sudah sembuh dari sakit pinggangnya. Kita lupa mendoakan dan berbuat sesuatu untuk mereka. Bahkan kita lupa berpikir tentang pekerjaan Tuhan !





Kemanusiaan Yesus sanggup melakukannya ! Kemanusiaan Yesus dapat mengesampingkan pikiran tentang DiriNya sendiri ! Pikiran Nya dipenuhi oleh penderitaan puteri-puteri Yerusalem, Dia ingat akan masalah yang dihadapi sahabat-sahabatNya ! Tidak ada ruang di dalam hati dan pikiranNya saat itu untuk DiriNya sendiri.

Itulah yang Yesus lakukan ketika Dia berada di posisi kita !

5.    Melepaskan doa pengampunan bagi mereka yang menyebabkan penderitaan kita.

“Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat” (Lukas 23:34)

Satu hal yang paling sulit adalah pengampunan, apalagi pengampunan kepada mereka yang mengkhianati kita, yang menusuk kita dari belakang, yang menipu kita, yang membuat kita kehilangan semua yang kita miliki.

Gara-gara dia, aku kehilangan pekerjaan. Gara-gara aku bantu dia, aku kehilangan teman. Gara-gara dia…… gara-gara dia….. gara-gara dia…… Manusiawi kah ? Sangat manusiawi ! Manusiawi bagi mereka yang masih hidup di dalam darah dan daging.

Tapi bagi seorang manusia bernama Yesus, yang telah menjadi manusia Roh, sikap Nya sungguh berbeda !

Walau yang mengkhianati Nya adalah murid Nya sendiri yang makan dan minum bersama denganNya setiap hari selama tiga tahun, walau yang berteriak meminta penyalibanNya adalah mereka yang mengalami mujizatNya, yang dicelikkan matanya, yang disembuhkan kustanya, yang diampuni dosanya, yang diterimaNya tanpa syarat, yang diberiNya makan dengan lima roti dan dua ikan, yang dilepaskanNya dari ikatan dosa…

Doa pengampunan itu dipanjatkanNya justru ketika Dia sedang tergantung antara bumi dan langit, dengan paku yang sedang menembus tangan dan kaki Nya, dengan mahkota duri ke kepalaNya, dengan luka di sekujur tubuhNya  !

Doa pengampunan itu ditujukanNya untuk mereka yang melakukan itu kepadaNya !!




“Anak Manusia memang akan pergi sesuai dengan yang ada tertulis tentang Dia, akan tetapi celakalah orang yang olehnya Anak Manusia itu diserahkan.” ( Matius 26 : 24 )

Yesus sadar penderitaanNya adalah kehendak Bapa Nya yang di Surga. Skenario dari Sang Pencipta harus dijalankan. HARUS !  Tidak perduli siapa yang akan mengeksekusinya, apakah orang Romawi atau orang Yahudi, Anak Manusia harus disalibkan ! Itu lah visi Nya ketika datang ke dunia ini. Hanya Visi itulah yang memberikan sudut pandang yang berbeda terhadap penderitaanNya itu. Bukan tentang siapa yang akan mengkhianatiNya.


Penderitaan yang kita alami memang harus terjadi. Kerugian memang harus kita lalui. Kesulitan memang harus kita hadapi. Ujian memang harus kita kerjakan. Karena itulah scenario Tuhan buat kita untuk belajar, dan, meminjam istilah hamba-hambaNya, naik tingkat. Agar kita bisa menjadi SaksiNya, agar kita bisa melihat pekerjaan TanganNya, agar kita bisa menjadi seperti Yesus.

Semua adalah RencanaNya.

“Ketika Petrus melihat murid itu, ia berkata kepada Yesus : Tuhan, apakah yang akan terjadi dengan dia ini ? Jawab Yesus : Jikalau Aku menghendaki supaya ia tinggal hidup sampai Aku datang, itu bukan urusanmu. Tetapi engkau : Ikutlah Aku.” ( Yohanes 21 : 21-22 )

Mampukah kita menjadi manusia Roh, seperti Yesus ? Mampukah kita mengikut Yesus tanpa ikut campur dengan urusan orang lain dengan Tuhan nya ?

6.    Tetap tenang.

“Ketika Yesus melihat ibuNya dan murid yang dikasihiNya di sampingnya, berkatalah Ia kepada ibuNya : Ibu, inilah anakmu. Kemudian kataNya kepada muridNya : Inilah ibumu. Dan sejak saat itu, murid itu menerima dia di dalam rumahnya.” ( Yohanes 19 : 26-27 )

Sikap tenang Yesus tercermin dari pendelegasian yang Dia lakukan ketika tergantung di kayu salib. Sikap tenang ini yang membuat Yesus mampu mengambil keputusan bijak ketika melihat ibu dan murid Nya sehingga ibuNya tidak ditinggalkan seorang diri di masa tua nya.

Seringkali, keputusan yang kita ambil pada saat panik, takut atau khawatir, malah semakin memperburuk keadaan. Karena bagaimanapun, iman harus diikuti dengan perbuatan. 

Bisakah kita tetap tenang di tengah badai karena kita yakin Yesus ada bersama kita di perahu kita ?




“Hai manusia yang bebal, maukah engkau mengakuinya sekarang, bahwa iman tanpa perbuatan adalah iman yang kosong?” ( Yakobus 2 : 20 )

7.    Menjaga tubuh jasmani.

“Sesudah itu, karena Yesus tahu, bahwa segala sesuatu telah selesai, berkatalah Ia : Aku haus” ( Yohanes 19 : 28 )

Bagi kebanyakan orang, banyak nya penderitaan membuat mereka kehilangan semangat. Bahkan untuk makan dan minum pun, mereka tidak memiliki keinginan lagi. Tidak heran, seringkali kita bisa melihat seorang teman dalam penderitaan ketika kita sadar mereka kehilangan berat badan mereka.

Bagi sebagian orang, justru makan dan minum lah yang menjadi pelampiasan mereka untuk melupakan penderitaan mereka. Beberapa orang membenamkan diri mereka di dalam minuman keras, demi mendapatkan kesempatan untuk menikmati hidup mereka di tengah tengah penderitaan mereka.

Manusia yang terdiri dari darah dan daging ini memang lemah. Saking lemahnya, beberapa bahkan menjadi gila karena banyaknya tekanan dan masalah. Mereka kehilangan akal mereka. Mereka kehilangan pikiran mereka. Mereka kehilangan diri mereka sendiri !




Bagi Yesus, tidak menjadi gila saja tidak cukup. Yesus bertindak.
Yesus melakukan sesuatu untuk jasmani Nya, meninggalkan teladan bagi kita.

Ketika banyak tekanan di dalam hidup ini, sempatkah kita menyisihkan waktu untuk keluar dari kamar dan melakukan hobby kita ? Sempatkah kita melakukan kegiatan fisik untuk jasmani kita ?


8.    Proklamasi kan Nama Nya

“Dan pada jam tiga, berserulah Yesus dengan suara nyaring : Eloi, Eloi, lama sabakhtani?, yang artinya : Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku ? ” ( Markus 15 : 34 )

Bahkan di dalam penderitaanNya, Yesus berseru dengan suara nyaring memanggil BapaNya. Berseru dengan suara nyaring, bukan berbisik di dalam kamar yang tertutup. Agar mereka yang tidak percaya dapat mendengar dan melihat demonstrasi Allah Yang Maha Agung terjadi lewat penderitaan Nya, dan berkata “…….. Sungguh, orang ini adalah Anak Allah.” ( Markus 15 : 39 )

Di dalam penderitaan kita, banyak orang hanya menunggu dan melihat apa yang akan terjadi selanjutnya pada mereka yang mengaku dengan mulutnya bahwa Yesus adalah Tuhan. Datangkah pertolongan dari Tuhan nya ? Benarkah Tuhan nya hidup ? Benarkah Tuhan nya berkuasa ?

Darah dan daging kita terkadang tidak mampu lagi untuk bertahan, sehingga beberapa orang kemudian datang sebagai “Malaikat Penyelamat” yang menawarkan bantuan lewat ilah lain. Dan justru pada saat ini lah, waktu nya bagi kita untuk menantang mereka dengan berani berkata, “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia mengaruniakan AnakNya yang tunggal , supaya barang siapa yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” ( Yohanes 3 : 16 )

Mengaku dengan mulut bahwa Yesus adalah Tuhan belumlah cukup. Dibutuhkan kepercayaan di dalam hati kita juga. Dan kepercayaan itu lah yang dilihat banyak orang.

Mereka menunggu untuk melihat mujizat yang akan terjadi dalam kehidupan kita, mujizat yang dilakukan oleh Dia yang NamaNya selalu mereka dengar dari seruan  kita, Yesus Kristus, Tuhan kita, Allah pencipta langit dan bumi yang telah menjadi manusia untuk mereka juga.

Dibutuhkan manusia Roh untuk dapat berseru memanggil NamaNya justru di saat seakan-akan Dia tidak perduli lagi.

9.    Bangga dengan penderitaan kita.

“Sesudah Yesus meminum anggur asam itu, berkatalah Ia : Sudah selesai. Lalu Ia menundukkan kepalaNya dan menyerahkan nyawaNya.” ( Yohanes 19 : 30 )

Akhirnya, dengan rasa bangga Yesus menyelesaikan penderitaanNya. Dengan rasa bangga, Dia menyerahkan NyawaNya. Dengan rasa bangga, Yesus pun kembali kepada Bapa Nya, karena Dia tahu, Dia telah melaluinya sesuai dengan kehendak Bapa Nya dengan sempurna, karena Dia tahu  ada kemuliaan yang disediakan BapaNya setelah semua penderitaanNya berakhir, karena Dia tahu, kemanusiaanNya melampaui kemanusiaan duniawi.


Bagaimana dengan kemanusiaan kita ?

Bisakah kita bangga dengan penderitaan yang kita alami saat ini dengan berkata “Aku dipilih Tuhan untuk melalui ujian ini, karena Dia ingin memakai aku lebih heran lagi.” ?

Manusia Yesus adalah satu-satunya orang di muka bumi ini yang mengalami penderitaan yang luar biasa, mulai dari ketakutanNya di Taman Getsemani, ciuman pengkhianatan seorang sahabat,  tuduhan yang dilontarkan kepadaNya, penyangkalan murid yang bersama dengan Dia selama bertahun-tahun dan melihat KuasaNya, sahabat yang bersembunyi dan lari meninggalkanNya, deraan tiga mata kail di punggungNya sebanyak tiga puluh sembilan kali cambukan, mahkota berduri di kepalaNya, paku sepanjang 20 cm yang menembus tangan dan kakinya, tergantung di antara bumi dan langit selama tiga jam, yang justru dilakukan oleh mereka yang telah mengalami kuasa kasihNya !

Dan Dia merasa bangga dengan semuanya itu.
“Aku berkata kepadaMu : Sesungguhnya ketika engkau masih muda, engkau mengikat pinggangmu sendiri dan engkau berjalan ke mana saja kaukehendaki, tetapi jika engkau sudah menjadi tua, engkau akan mengulurkan tanganmu dan orang lain akan mengikat engkau dan membawa engkau ke tempat yang tidak engkau kehendaki” ( Yohanes 21 : 18 )
Puji Tuhan !!
Berbanggalah kita untuk dapat datang ke tempat yang tidak kita kehendaki, dengan dibawa Tuhan ke dalam penderitaan dan penganiayaan ini, karena kita sudah dianggap cukup umur ! Kita dianggap lebih dewasa dibandingkan orang lain ! Seperti layaknya seorang putra mahkota yang dididik oleh ayahnya untuk menerima tanggungjawab besar sebagai penerus tahta.
Adakah yang lebih membanggakan daripada keadaan tersebut ?

10.          Memahami lamanya penderitaan.

“Tinggal sesaat saja dan kamu tidak melihat Aku lagi dan tinggal sesaat saja pula dan kamu akan melihat Aku.” ( Yohanes 16 : 16 )



Pemahaman akan lamanya penderitaan ini yang mampu membuat kemanusiaan Yesus menerima semua penganiayaan itu. Tidak lama lagi. Hanya sesaat. Cuman sebentar. Dan kemuliaan akan diberikan pada dia yang mampu mematikan kemanusiaan nya, sama seperti yang dilakukan Yesus.


“Yesusku, kalau Engkau ada di posisi ku, apa yang akan Kau lakukan ?”

Dan Dia pun menjawab  :
1.    Bersekutu Dengan  Sahabat  Seiman
2.    Penyerahan Total pada Kehendak Bapa
3.    Diam dan Tidak Melawan
4.    Memikirkan Orang Lain
5.    Melepaskan Pengampunan
6.    Tetap Tenang
7.    Menjaga Tubuh Jasmani
8.    Memproklamasikan NamaNya
9.    Merasa Bangga Dengan Penderitaan
10.                       Memahami Lama nya Penderitaan


“Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya kamu beroleh damai sejahtera dalam Aku. Dalam dunia kamu menderita penganiayaan, tetapi kuatkanlah hatimu. Aku telah mengalahkan dunia.” ( Yohanes 17 : 33 )





Tidak ada komentar:

Posting Komentar