Kalau Yesus
ada di posisi ku, apa yang akan DIA perbuat ?
Pertanyaan itu menyelinap di dalam
hati kecil ini ketika penulis berada di dalam satu kondisi di mana sebagai
manusia yang hidup dalam darah dan daging, penulis mengalami tekanan yang luar
biasa.
Ditinggalkan, pengkhianatan,
pemberontakan, perampasan, penghinaan, penghakiman, yang semuanya itu membawa
penulis ke satu titik terendah : “Ambil
nyawaku, tapi jangan RohMu ya Tuhan”, karena penulis tahu persis, di dalam
Roh Nya tercipta hadiratNya, dan di dalam hadiratNya ada penghiburan, ada
pengharapan, ada sukacita, ada damai, ada kemenangan, ada pembelaan, ada kasih.
Tuhan membawa penulis ke satu
titik, di mana penulis bukan hanya diajak untuk melihat apa yang BISA DIA
perbuat untuk kita, namun apa yang HARUS kita perbuat untuk menyenangkan
hatiNya.
“Bentuklah aku agar menjadi serupa sepertiMu, Yesus.” Bukan kah
itu kerinduan kita?
Pertanyaan ini adalah cermin
kekristenan kita, karena hanya Tuhan kita yang turun ke bumi, dan menjadi sama
seperti kita. Lahir di kandang domba, mengalami masa kanak-kanak sebagai anak
tukang kayu, memenuhi panggilan Nya di usia dewasa, dan harus mengalami
kematian. Sama seperti kita, manusia berdosa ini. Itulah 33 tahun masa-masa di
mana Tuhan kita, khalik langit dan bumi ini, menjejakkan kaki nya ke bumi,
berjalan di antara kita, makan bersama kita, kehujanan dan kepanasan bareng
kita, bertumbuh dan belajar seperti kita.
Perbedaan terbesar Yesus dengan
manusia berdosa adalah Sikap Nya, khususnya ketika menghadapi penderitaan yang
paling mengerikan dalam sejarah planet ini, yaitu penyalibanNya.
“Yesusku, kalau Engkau ada di posisi ku, apa yang akan Kau lakukan ?”
Yang akan Dia lakukan tercermin di
dalam 10 perkataanNya dalam perjalanan Nya menuju salib kematianNya.
1.
Bersekutu
dengan saudara seiman.
“Hatiku sangat sedih, seperti mau mati rasanya.
Tinggallah di sini dan berjaga-jagalah dengan Aku.” ( Matius 26
: 38 )
Membayangkan posisiNya saat itu, penulis meneteskan air mata.
Seorang
guru yang luar biasa, motivator legendaris, dokter yang ajaib, sahabat yang
dicintai banyak orang, teman yang ditunggu ribuan kaum lelaki dan perempuan,
pembela kaum lemah dan tertindas, kehilangan semangatNya untuk sesaat ketika
menyadari penderitaan yang akan Dia hadapi sekian jam kemudian.
Sepedih
apakah penderitaan yang menantiNya saat itu sehingga Dia merasa sangat sedih,
merasa mau mati, bahkan merasa memerlukan sahabat ?
Dia sudah
mengalami saat-saat itu sebelum kita semua mengalaminya, bahkan sebelum kita
berpikir bahwa kita akan mengalami semua penderitaan kita.
Dan sang
Putra Allah itu pun meminta beberapa sahabat untuk menemaniNya.
Lupakan
kesombongan rohani kita, karena Bapa kita mendidik setiap anak yang
dikasihiNya.
“Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam
namaKu, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka.” ( Matius 18 : 20 )
Itulah
langkah awal Yesus dalam menghadapi penderitaanNya. Itulah yang pertama kali
Yesus lakukan bila berada di posisi kita.
2. Penyerahan Total.
“Ya Abba ya Bapa, tidak ada yang mustahil bagiMu.
Ambillah cawan ini daripadaKu, tetapi janganlah apa yang Aku kehendaki,
melainkan apa yang Engkau kehendaki” ( Markus 14 : 36 )
Keempat
Injil mencatat betapa Yesus menginginkan untuk tidak meminum cawan itu hingga
Ia memohon sampai tiga kali kepada BapaNya.
-
“Maka Ia
maju sedikit, lalu sujud dan berdoa, kataNya : Ya BapaKu, sekiranya mungkin,
biarlah cawan ini lalu daripadaKu, tetapi janganlah seperti yang Ku kehendaki,
melainkan seperti yang Engkau kehendaki” ( Matius 26 : 39 )
-
“Lalu Ia
pergi untuk kedua kalinya dan berdoa, kataNya : Ya BapaKu, jikalau cawan ini
tidak mungkin lalu kecuali apabila Aku meminumnya, jadilah kehendakMu” ( Matius
26 : 42 )
-
“Ia
membiarkan mereka di situ lalu pergi dan berdoa untuk yang ketiga kalinya dan
mengucapkan doa yang itu juga” ( Matius 26 : 44 )
“Ia sangat ketakutan dan makin bersungguh-sungguh
berdoa, PeluhNya menjadi seperti titik-titik darah yang bertetesan di tanah” (
Lukas 22 : 44 )
Seringkali
kepahitan dan tekanan yang kita alami membuat kita memaksakan kehendak kita
sendiri. Tuhan bagaikan tukang mujizat yang bisa kita perintah.
Kegelapan membutakan kita sehingga kita tidak dapat melihat rencanaNya.
Kekhawatiran dan ketakutan membuat kita membuat deadline sendiri yang kita sodorkan kepada Sang Pencipta Langit dan Bumi.
Kegelapan membutakan kita sehingga kita tidak dapat melihat rencanaNya.
Kekhawatiran dan ketakutan membuat kita membuat deadline sendiri yang kita sodorkan kepada Sang Pencipta Langit dan Bumi.
Ketika
tanda-tanda badai sudah terasa, di saat awan gelap dan tebal sudah terlihat,
dan hembusan angin semakin kencang, kita pun berteriak, “Tuhan……. Jauhkan badai
itu daripadaku. Belokkan anginnya, sekarang !”
Mampukah
kita berdoa, “Tuhan, sekiranya mungkin, hindarkan badai itu dari laju perahu
ku, bukan seperti kehendakku, melainkan sesuai dengan KehendakMu saja,” seperti
yang dilakukan Yesus dalam posisi kita ?
Ketika
penyerahan total itu kita lakukan, Bapa di Surga tidak tinggal diam.
“Maka seorang malaikat dari langit menampakkan diri
kepadaNya untuk memberi kekuatan kepadaNya” ( Lukas 22 : 43 )
3.
Diam dan tidak
melawan.
“Kata Yesus kepata Petrus : Sarungkanlah pedangmu itu.
Bukankah Aku harus minum cawan yang diberikan Bapa kepadaKu?” ( Yohanes 18 : 11 )
Ketika kita
dihakimi oleh teman, sahabat, bahkan oleh orang terdekat kita, terkadang kita
merasa perlu membela diri kita kan?! Ada perasaan nyaman ketika beberapa orang
berpihak ke kita dan berkata, “Kamu benar. Dia yang salah.” Bila kita tidak membela diri kita, semua
orang pasti akan menyalahkan kita, dan kita pun akan ditinggalkan sendiri !
Betapa menyakitkannya keadaan itu.
Dan itulah
yang dilakukan Petrus, sahabat Yesus.
Walaupun
lidah dan bibir kita lantang berteriak, “Tuhan adalah pembelaku,” kemanusiaan
kita memaksa kita untuk membuka mulut dan membela diri. Tapi kemanusiaan Yesus
beda ! Dia diam!
“Dia dianiaya, tetapi Dia membiarkan diri ditindas dan
tidak membuka mulutnya seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian, seperti
induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya, ia tidak
membuka mulutnya” ( Yesaya 53 : 7 )
Yesusku….
Mampukan aku untuk menutup mulutku …..
4.
Memikirkan
Orang Lain.
“Hai puteri-puteri Yerusalem, janganlah kamu menangisi
Aku, melainkan tangisilah dirimu sendiri dan anak-anakmu. ( Lukas 23 : 28 )”
Ketika kita
kehilangan pekerjaan, sangatlah manusiawi bila kita kemudian berpikir tentang
langkah-langkah apa yang akan kita ambil untuk hari-hari, bulan-bulan dan
tahun-tahun berikutnya.
Bukan hanya masalah ekonomi. Namun juga masalah kebosanan dan kejenuhan.
Selama sekian puluh tahun, hari-hari yang kita lalui cukup menyita waktu kita. Dari pagi, siang, sore, bahkan ke malam. Begitu sibuknya, hingga tanpa terasa tahun yang baru sudah memasuki bulan ke tiga, ke enam, ke delapan, dan malam tahun baru lagi.
Bukan hanya masalah ekonomi. Namun juga masalah kebosanan dan kejenuhan.
Selama sekian puluh tahun, hari-hari yang kita lalui cukup menyita waktu kita. Dari pagi, siang, sore, bahkan ke malam. Begitu sibuknya, hingga tanpa terasa tahun yang baru sudah memasuki bulan ke tiga, ke enam, ke delapan, dan malam tahun baru lagi.
Namun
ketika semua kesibukan itu terenggut, hari-hari seperti apa yang akan kita
lalui ?
Setelah
makan pagi, menunggu waktu makan siang, tidur siang, dan menunggu waktu malam ?
Sungguh menyiksa.
Memikirkan
hari-hari seperti itu saja kadang kita tidak sanggup, sehingga kita akhirnya
berencana untuk mencari kesibukan pasca pemutusan hubungan kerja kita. Beberapa
orang berpikir untuk membuka bisnis. Beberapa lagi memutuskan untuk menyibukkan
diri nya dengan hobby yang jarang mereka lakukan di masa produktif . Akhirnya
kita sibuk memikirkan diri kita sendiri.
Kita lupa
berpikir apakah satpam di komplek perumahan kita sudah membayar uang sekolah
anaknya. Atau apakah tukang sampah sudah makan pada hari itu. Apakah pembantu
di rumah kita sudah sembuh dari sakit pinggangnya. Kita lupa mendoakan dan
berbuat sesuatu untuk mereka. Bahkan kita lupa berpikir tentang pekerjaan Tuhan
!
Kemanusiaan
Yesus sanggup melakukannya ! Kemanusiaan Yesus dapat mengesampingkan pikiran
tentang DiriNya sendiri ! Pikiran Nya dipenuhi oleh penderitaan puteri-puteri
Yerusalem, Dia ingat akan masalah yang dihadapi sahabat-sahabatNya ! Tidak ada
ruang di dalam hati dan pikiranNya saat itu untuk DiriNya sendiri.
Itulah yang
Yesus lakukan ketika Dia berada di posisi kita !
5.
Melepaskan
doa pengampunan bagi mereka yang menyebabkan penderitaan kita.
“Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu
apa yang mereka perbuat” (Lukas 23:34)
Satu hal
yang paling sulit adalah pengampunan, apalagi pengampunan kepada mereka yang
mengkhianati kita, yang menusuk kita dari belakang, yang menipu kita, yang
membuat kita kehilangan semua yang kita miliki.
Gara-gara
dia, aku kehilangan pekerjaan. Gara-gara aku bantu dia, aku kehilangan teman.
Gara-gara dia…… gara-gara dia….. gara-gara dia…… Manusiawi kah ? Sangat
manusiawi ! Manusiawi bagi mereka yang masih hidup di dalam darah dan daging.
Tapi bagi
seorang manusia bernama Yesus, yang telah menjadi manusia Roh, sikap Nya
sungguh berbeda !
Walau yang
mengkhianati Nya adalah murid Nya sendiri yang makan dan minum bersama
denganNya setiap hari selama tiga tahun, walau yang berteriak meminta
penyalibanNya adalah mereka yang mengalami mujizatNya, yang dicelikkan matanya,
yang disembuhkan kustanya, yang diampuni dosanya, yang diterimaNya tanpa
syarat, yang diberiNya makan dengan lima roti dan dua ikan, yang dilepaskanNya
dari ikatan dosa…
Doa pengampunan itu dipanjatkanNya justru ketika Dia sedang tergantung antara bumi dan langit, dengan paku yang sedang menembus tangan dan kaki Nya, dengan mahkota duri ke kepalaNya, dengan luka di sekujur tubuhNya !
Doa pengampunan itu ditujukanNya untuk mereka yang melakukan itu kepadaNya !!
Doa pengampunan itu dipanjatkanNya justru ketika Dia sedang tergantung antara bumi dan langit, dengan paku yang sedang menembus tangan dan kaki Nya, dengan mahkota duri ke kepalaNya, dengan luka di sekujur tubuhNya !
Doa pengampunan itu ditujukanNya untuk mereka yang melakukan itu kepadaNya !!
“Anak Manusia memang akan pergi sesuai dengan yang ada
tertulis tentang Dia, akan tetapi celakalah orang yang olehnya Anak Manusia itu
diserahkan.” ( Matius 26 : 24 )
Yesus sadar
penderitaanNya adalah kehendak Bapa Nya yang di Surga. Skenario dari Sang
Pencipta harus dijalankan. HARUS ! Tidak
perduli siapa yang akan mengeksekusinya, apakah orang Romawi atau orang Yahudi,
Anak Manusia harus disalibkan ! Itu lah visi Nya ketika datang ke dunia ini.
Hanya Visi itulah yang memberikan sudut pandang yang berbeda terhadap
penderitaanNya itu. Bukan tentang siapa yang akan mengkhianatiNya.
Penderitaan
yang kita alami memang harus terjadi. Kerugian memang harus kita lalui.
Kesulitan memang harus kita hadapi. Ujian memang harus kita kerjakan. Karena
itulah scenario Tuhan buat kita untuk belajar, dan, meminjam istilah
hamba-hambaNya, naik tingkat. Agar kita bisa menjadi SaksiNya, agar kita bisa
melihat pekerjaan TanganNya, agar kita bisa menjadi seperti Yesus.
Semua
adalah RencanaNya.
“Ketika Petrus melihat murid itu, ia berkata kepada
Yesus : Tuhan, apakah yang akan terjadi dengan dia ini ? Jawab Yesus : Jikalau
Aku menghendaki supaya ia tinggal hidup sampai Aku datang, itu bukan urusanmu.
Tetapi engkau : Ikutlah Aku.” ( Yohanes 21 : 21-22 )
Mampukah
kita menjadi manusia Roh, seperti Yesus ? Mampukah kita mengikut Yesus tanpa
ikut campur dengan urusan orang lain dengan Tuhan nya ?
6.
Tetap
tenang.
“Ketika Yesus melihat ibuNya dan murid yang
dikasihiNya di sampingnya, berkatalah Ia kepada ibuNya : Ibu, inilah anakmu. Kemudian
kataNya kepada muridNya : Inilah ibumu. Dan sejak saat itu, murid itu menerima
dia di dalam rumahnya.” ( Yohanes 19 : 26-27 )
Sikap
tenang Yesus tercermin dari pendelegasian yang Dia lakukan ketika tergantung di
kayu salib. Sikap tenang ini yang membuat Yesus mampu mengambil keputusan bijak
ketika melihat ibu dan murid Nya sehingga ibuNya tidak ditinggalkan seorang
diri di masa tua nya.
Seringkali,
keputusan yang kita ambil pada saat panik, takut atau khawatir, malah semakin
memperburuk keadaan. Karena bagaimanapun, iman harus diikuti dengan perbuatan.
Bisakah kita tetap tenang di tengah badai karena kita yakin Yesus ada bersama kita di perahu kita ?
Bisakah kita tetap tenang di tengah badai karena kita yakin Yesus ada bersama kita di perahu kita ?
“Hai manusia yang bebal, maukah engkau mengakuinya
sekarang, bahwa iman tanpa perbuatan adalah iman yang kosong?” ( Yakobus 2 : 20
)
7.
Menjaga
tubuh jasmani.
“Sesudah itu, karena Yesus tahu, bahwa segala sesuatu
telah selesai, berkatalah Ia : Aku haus” ( Yohanes 19 : 28 )
Bagi
kebanyakan orang, banyak nya penderitaan membuat mereka kehilangan semangat.
Bahkan untuk makan dan minum pun, mereka tidak memiliki keinginan lagi. Tidak
heran, seringkali kita bisa melihat seorang teman dalam penderitaan ketika kita
sadar mereka kehilangan berat badan mereka.
Bagi
sebagian orang, justru makan dan minum lah yang menjadi pelampiasan mereka
untuk melupakan penderitaan mereka. Beberapa orang membenamkan diri mereka di
dalam minuman keras, demi mendapatkan kesempatan untuk menikmati hidup mereka
di tengah tengah penderitaan mereka.
Manusia
yang terdiri dari darah dan daging ini memang lemah. Saking lemahnya, beberapa
bahkan menjadi gila karena banyaknya tekanan dan masalah. Mereka kehilangan
akal mereka. Mereka kehilangan pikiran mereka. Mereka kehilangan diri mereka
sendiri !
Bagi Yesus, tidak menjadi gila saja tidak cukup. Yesus bertindak.
Yesus melakukan sesuatu untuk jasmani Nya, meninggalkan teladan bagi kita.
Ketika banyak tekanan di dalam hidup ini, sempatkah kita menyisihkan waktu untuk keluar dari kamar dan melakukan hobby kita ? Sempatkah kita melakukan kegiatan fisik untuk jasmani kita ?
Yesus melakukan sesuatu untuk jasmani Nya, meninggalkan teladan bagi kita.
Ketika banyak tekanan di dalam hidup ini, sempatkah kita menyisihkan waktu untuk keluar dari kamar dan melakukan hobby kita ? Sempatkah kita melakukan kegiatan fisik untuk jasmani kita ?
8.
Proklamasi
kan Nama Nya
“Dan pada jam tiga, berserulah Yesus dengan suara
nyaring : Eloi, Eloi, lama sabakhtani?, yang artinya : Allahku, Allahku,
mengapa Engkau meninggalkan Aku ? ” ( Markus 15 : 34 )
Bahkan di
dalam penderitaanNya, Yesus berseru dengan suara nyaring memanggil BapaNya.
Berseru dengan suara nyaring, bukan berbisik di dalam kamar yang tertutup. Agar
mereka yang tidak percaya dapat mendengar dan melihat demonstrasi Allah Yang
Maha Agung terjadi lewat penderitaan Nya, dan berkata “…….. Sungguh, orang ini adalah Anak Allah.” ( Markus 15 : 39 )
Di dalam
penderitaan kita, banyak orang hanya menunggu dan melihat apa yang akan terjadi
selanjutnya pada mereka yang mengaku dengan mulutnya bahwa Yesus adalah Tuhan.
Datangkah pertolongan dari Tuhan nya ? Benarkah Tuhan nya hidup ? Benarkah
Tuhan nya berkuasa ?
Darah dan
daging kita terkadang tidak mampu lagi untuk bertahan, sehingga beberapa orang
kemudian datang sebagai “Malaikat Penyelamat” yang menawarkan bantuan lewat
ilah lain. Dan justru pada saat ini lah, waktu nya bagi kita untuk menantang
mereka dengan berani berkata, “Karena
begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia mengaruniakan AnakNya yang
tunggal , supaya barang siapa yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan
beroleh hidup yang kekal” ( Yohanes 3 : 16 )
Mengaku
dengan mulut bahwa Yesus adalah Tuhan belumlah cukup. Dibutuhkan kepercayaan di
dalam hati kita juga. Dan kepercayaan itu lah yang dilihat banyak orang.
Mereka
menunggu untuk melihat mujizat yang akan terjadi dalam kehidupan kita, mujizat
yang dilakukan oleh Dia yang NamaNya selalu mereka dengar dari seruan kita, Yesus Kristus, Tuhan kita, Allah
pencipta langit dan bumi yang telah menjadi manusia untuk mereka juga.
Dibutuhkan
manusia Roh untuk dapat berseru memanggil NamaNya justru di saat seakan-akan
Dia tidak perduli lagi.
9.
Bangga
dengan penderitaan kita.
“Sesudah Yesus meminum anggur asam itu, berkatalah Ia
: Sudah selesai. Lalu Ia menundukkan kepalaNya dan menyerahkan nyawaNya.” (
Yohanes 19 : 30 )
Akhirnya,
dengan rasa bangga Yesus menyelesaikan penderitaanNya. Dengan rasa bangga, Dia
menyerahkan NyawaNya. Dengan rasa bangga, Yesus pun kembali kepada Bapa Nya,
karena Dia tahu, Dia telah melaluinya sesuai dengan kehendak Bapa Nya dengan
sempurna, karena Dia tahu ada kemuliaan
yang disediakan BapaNya setelah semua penderitaanNya berakhir, karena Dia tahu,
kemanusiaanNya melampaui kemanusiaan duniawi.
Bisakah
kita bangga dengan penderitaan yang kita alami saat ini dengan berkata “Aku
dipilih Tuhan untuk melalui ujian ini, karena Dia ingin memakai aku lebih heran
lagi.” ?
Manusia
Yesus adalah satu-satunya orang di muka bumi ini yang mengalami penderitaan
yang luar biasa, mulai dari ketakutanNya di Taman Getsemani, ciuman pengkhianatan
seorang sahabat, tuduhan yang
dilontarkan kepadaNya, penyangkalan murid yang bersama dengan Dia selama
bertahun-tahun dan melihat KuasaNya, sahabat yang bersembunyi dan lari
meninggalkanNya, deraan tiga mata kail di punggungNya sebanyak tiga puluh
sembilan kali cambukan, mahkota berduri di kepalaNya, paku sepanjang 20 cm yang
menembus tangan dan kakinya, tergantung di antara bumi dan langit selama tiga
jam, yang justru dilakukan oleh mereka yang telah mengalami kuasa kasihNya !
Dan Dia
merasa bangga dengan semuanya itu.
“Aku berkata kepadaMu : Sesungguhnya ketika engkau
masih muda, engkau mengikat pinggangmu sendiri dan engkau berjalan ke mana saja
kaukehendaki, tetapi jika engkau sudah menjadi tua, engkau akan mengulurkan
tanganmu dan orang lain akan mengikat engkau dan membawa engkau ke tempat yang
tidak engkau kehendaki” ( Yohanes 21 : 18 )
Puji Tuhan
!!
Berbanggalah
kita untuk dapat datang ke tempat yang tidak kita kehendaki, dengan dibawa
Tuhan ke dalam penderitaan dan penganiayaan ini, karena kita sudah dianggap
cukup umur ! Kita dianggap lebih dewasa dibandingkan orang lain ! Seperti
layaknya seorang putra mahkota yang dididik oleh ayahnya untuk menerima
tanggungjawab besar sebagai penerus tahta.
Adakah yang
lebih membanggakan daripada keadaan tersebut ?
10.
Memahami
lamanya penderitaan.
“Tinggal sesaat saja dan kamu tidak melihat Aku lagi
dan tinggal sesaat saja pula dan kamu akan melihat Aku.” ( Yohanes 16 : 16 )
Pemahaman
akan lamanya penderitaan ini yang mampu membuat kemanusiaan Yesus menerima
semua penganiayaan itu. Tidak lama lagi. Hanya sesaat. Cuman sebentar. Dan
kemuliaan akan diberikan pada dia yang mampu mematikan kemanusiaan nya, sama
seperti yang dilakukan Yesus.
“Yesusku,
kalau Engkau ada di posisi ku, apa yang akan Kau lakukan ?”
Dan Dia pun menjawab :
1. Bersekutu
Dengan Sahabat Seiman
2. Penyerahan
Total pada Kehendak Bapa
3. Diam dan
Tidak Melawan
4. Memikirkan
Orang Lain
5. Melepaskan
Pengampunan
6. Tetap
Tenang
7. Menjaga
Tubuh Jasmani
8. Memproklamasikan
NamaNya
9. Merasa
Bangga Dengan Penderitaan
10.
Memahami Lama nya Penderitaan
“Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya kamu beroleh damai sejahtera
dalam Aku. Dalam dunia kamu menderita penganiayaan, tetapi kuatkanlah hatimu.
Aku telah mengalahkan dunia.” ( Yohanes 17 : 33 )