Sabtu siang
di teras rumah……
Tukang air
baru aja selesai mengirim air gallon pesanan.
Mb Yuyun pun
dah ambil cucian nya, dan mangkuk bekas bubur kacang ijo masih ada di meja teras
bersama cangkir bekas kopi.
Sementara Mb Rina lagi beberes di belakang.
Nggak ada
yang istimewa.
Mereka yang
biasa datang kalo hari libur kayak gini, lagi pada sibuk ngurus anak mereka
raport an dan rapat untuk UNAS yang akan digelar beberapa bulan lagi.
Ughhhh…..
anak usia sekolah
Masa-masa itu
dah berlalu beberapa tahun lalu.
Venny ku dah
kuliah sekarang, di luar kota, pula.
Hari ini
seharusnya dia pulang nengokin maminya.
Tapi
menjelang libur Natal dan tahun baru ini, kayaknya lebih baik buat dia untuk
istirahat dulu di sana. Toh, hari Rabu dah libur dan dia bisa pulang hampir dua
minggu.
Venny, Venny….
Anak yang luar biasa.
Sedari dalam
kandungan, aku dah tau kalau anak ini akan dipakai Tuhan untuk menjadi berkat.
Masa depannya
akan cerah.
Dia akan naik
dan tidak akan turun.
Apa saja yang
dia kerjakan akan berhasil.
Dia akan
menjadi rekan kerja Tuhan di muka bumi ini.
Yah…. Aku dah
tau itu sedari dia masih berupa tetesan air belaka, karena Tuhan sendiri yang
mengatakannya kepadaku.
Dan aku
percaya, karena aku kenal Tuhan aku.
Walau banyak
rintangan, tahun demi tahun pun kami lewati bersama.
Aku sadar,
aku bukan ibu yang baik buat seorang Venny Melissa.
Aku bukan
orang suci.
Aku bukan
malaikat.
Aku seorang
pendosa.
Aku nggak
bisa memberikan contoh sosok seorang ibu idaman buat malaikat kecil aku itu.
Aku cuman
punya roh, jiwa dan raga sebagai bekal aku di dunia yang fana ini.
Aku cuman punya
iman. Percaya. Keyakinan.
Aku cuman
punya Tuhan aku.
Dan aku
bersukacita karena itu.
Dan aku
menjadi kuat karena itu.
Dan aku
menjadi bisa karena itu.
Sudah hampir
dua puluh tahun.
Dan mungkin
nggak akan ada dua puluh tahun lagi untuk menemani dia.
Dua puluh
tahun, the most wonderful years for us !!
Kami habiskan
bersama.
Kami tidur
bersama,
makan
bersama,
tertawa bersama,
bermain
bersama,
ber gossip bersama,
Kami pun
berdiskusi bersama,
tentang mimpi kami,
tentang cita-cita kami
Bahkan kami
sering adu argumentasI.
Dan bukan
sekali dua, aku dipaksa mengakui, “Venny bener.”
Walau kadang
masih kelihatan manjanya,
Pikiran nya
jauh lebih dewasa dibandingkan usianya.
Dalam satu
kesempatan, rokok dan minuman keras menjadi bahan diskusi kami.
Setiap kali
ada yang menasihati aku untuk berhenti merokok, mereka selalu terdiam bila kukatakan, “Kalau
non perokok nggak bisa mati, aku pun akan berhenti merokok.”
Namun Venny
menyatakan sesuatu yang berbeda, “Minum racun aja sekalian.”
Membuatku
terdiam dan berpikir untuk menghentikan kebiasaan itu.
Luar biasa
malaikat yang dikirim Tuhan untuk aku itu !
Setiap kali
aku dekat dengan seseorang, komentarnya cuman satu “Mana ada orang yang mau tua
sendirian?”
Di hari ulang
tahunku, selalu ada kata-kata, “Kadonya nyusul yah…… kalau venny dah bisa cari
uang”
Membuatku
selalu menantikan ulang tahun berikutnya !
Kadang doa ku
terdengar egois banget.
Kalau boleh,
aku nggak mau bangun hari ini.
Bukan karena
aku putus asa,
tapi kadang rasa lelah dan jenuh menghampiri aku.
Namun
cita-cita sang malaikat kecil itu untuk menyenangkan aku, membuatku berteriak
“Tuhan, beri
dia kesempatan.”
Aku nggak
pernah takut dengan kematian, karena aku tau kemana aku akan pergi setelah
gerbang kematian itu.
Yang aku
takutkan adalah ketidaksiapan nya menjalani kehidupan ini seorang diri.
Tanpa orang
tua, tanpa saudara, tanpa kerabat.
Tanpa sosok
yang bisa diajak bertukar pikiran atau memberinya pertimbangan ketika harus
mengambil keputusan.
Just like her
mom.
Tahun depan,
kalau nggak ada halangan, Venny akan menjadi ko-as, sebuah jenjang yang
dimimpikan oleh setiap mahasiswa kedokteran di manapun.
Langkahnya
dah semakin jelas.
Arahnya dah
pasti.
Walau sempat
disimpannya sendiri, karena dia paham banget keadaan aku, aku tau, itulah
mimpinya sedari kecil.
Beberapa
teman mengatakan aku nggak akan terlantar di hari tua aku.
My little
angle will not leave me alone. She will take care of me.
Tapi bukan
itu yang aku harapkan, sama sekali bukan.
Dia punya
kehidupan nya sendiri.
Dia punya
masa depannya sendiri.
Masa depan
yang penuh harapan.
Dan aku nggak
mau merusak nya dengan kehadiran aku.
Generasi yang
berbeda, jalan pikiran yang berbeda, cara yang berbeda pula.
Tapi
kemanusiaan itu sama ! Makhluk social itu sama ! Human being itu sama. Dan kepada
para “manusia” inilah Venny akan menghabiskan hidupnya.
“Kalau tau
dicubit itu sakit, jangan mencubit orang. Kalau suka disapa orang, lakukan lah
dulu kepada orang lain.”
Ajaran itu
masih berlaku, sampai berabad-abad kemudian !
Satu kali,
calon dokter hewan ini pernah berkata
“Berhubungan dengan binatang tergantung
bagaimana kita memperlakukan mereka. Kita memperlakukan mereka dengan baik,
kita pun akan mendapatkan feedback yang baik pula. Tapi berhubungan dengan manusia, feedback
yang kita dapatkan belum tentu sebaik yang telah kita berikan”
Pondasi analisa
yang amat kuat !
Aku temukan
sebuah pribadi lagi di dalam nya : pribadi yang siap untuk kecewa sama manusia
tanpa harus berhenti berbuat baik. Luar biasa !
Membalas
kejahatan dengan kejahatan ? Buat apa ?
Balasan kita
terbatas, karena waktu kita terbatas, tenaga kita terbatas, kemampuan kita pun
terbatas.
Venny, don’t you
know, I’m so proud of you ?
Tetap jaga
hati ya ven
Dan jangan
pernah jemu untuk berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan
menuai, jika kita tidak menjadi lemah. ( Surat kepada Jemaat di Galatia 6 : 9 )
Nggak perlu
kaget ama kenyataan di dunia yang jahat ini.
Venny akan
melihat orang baik sering tersakiti. Kenapa ?
Karena dia
selalu mendahulukan orang lain, sehingga nggak ada ruang untuk kebahagiaannya
sendiri.
Orang baik
kerap tertipu. Kenapa ?
Karena dia
nggak pernah punya prasangka jelek, sama seperti dirinya sendiri yang nggak
pernah merencanakan sesuatu yang jahat.
Orang baik
acap kali dinista.
Karena dia
nggak memiliki almari dendam di dalam kalbunya.
Jika venny
buka laci-laci hatinya, yang venny temukan adalah tumpukan cinta dan kasih.
Orang baik
juga sering meneteskan air mata, karena dia hanya ingin membagi senyum dan
tawanya ke orang lain, bukan air matanya.
Tuhan sayang sama
orang baik.
Itu sebabnya
banyak orang baik yang cepat dipanggil pulang,
Agar penderitaannya di sini pun terangkat.
Adil ? Amat
sangat adil !
Itulah sifat
Tuhan kita.
Karena hidup adalah pilihan dengan segala konsekuensinya,
maka memilihlah sesuai dengan nuranimu