Sabtu, 16 Februari 2019

Aku, Kamu dan Dia

Satu waktu dalam perjalanan ku,  aku pernah punya mimpi, mimpi yang terinspirasi ketika aku menghabiskan malam malam ku di sebuah desa yang jauh dari keramaian, di tempat paling tinggi di sebuah propinsi negeri ini.


Membuka hari dengan aroma kopi segar. kicauan burung menemani ku.
Suara anak anak berceloteh melewati ku dengan seragam sekolah mereka.
Senyum tulus tetangga.
Salam hangat sahabat.

It's gonna be a wonderful day!!!

Hari yang kututup dengan canda ringan.
Hari yang tanpa kepura-puraan.
Hari yang tanpa trik dan strategi.
Hari yang tanpa konflik dan salah paham.
Hari yang sarat dengan damai.

Yes, it was a wonderful day!!!

Air mata ku jatuh setiap kali aku berkemas di hari terakhir.
I don't want to leave, but I have to.

Aku tau aku harus meninggalkan surga ini.
Kembali ke kehidupan ku.
Kembali ke kewajiban ku.
Kembali ke tanggung jawab ku.

Dan aku pun berangan angan.
Seandainya aku dilahirkan sebagai anak desa....
Seandainya aku tidak pernah mengenal kehidupan kota....
Seandainya......
Dan seandainya.....

It won't be me!

Tidak akan ada AKU di dunia ini.
Tidak akan ada kehidupan lain di dalam AKU.

Tapi AKU ada sekarang. 
Dengan karakter ku
Dengan rupa ku
Dengan darah ku
Dengan kisah ku

Tokoh AKU pun terbentuk.

Tidak ada yang persis sama di dunia ini.
Karakter ku bukan satu satu nya. 
Rupa ku sering salah dikenali orang. 
Darah ku hanya dimiliki keluarga ayah ibu ku. 
Tapi kisah ku,  hanya milik AKU.

Hanya ada satu AKU di dunia ini.

Bangga?  For sure,  yes,  i am.


Aku bukan kamu dengan kisah mu.
Aku bukan dia dengan kisah nya.

Sebagai orang beragama, kita percaya pada karya ciptaan Nya.

Tapi tahukah kita,  
bahwa setiap detil kehidupan kita, 
 kehidupan ku dan kehidupan mu,  
telah direncanakan bahkan sebelum tetes pertama ?

Sel telur dan sel sperma siapa yang akan bertemu. 
Dalam kandungan siapa embrio itu akan ditempatkan
Keluarga mana yang mendapat mandat untuk membesarkan nya. 
Lingkungan seperti apa yang akan membentuk karakter nya

Ketika siap untuk mencari jalan sendiri,  
tiap kehidupan pun diperlengkapi 
sesuai dengan peran nya masing masing.

Cangkul untuk sang petani. 
Kail dan jala untuk si nelayan. 
Panah dan tombak untuk pemburu.


Tidak ada alasan bagi ku 
untuk melihat apa yang kamu punya. 
Tidak ada alasan bagi ku 
untuk cemburu pada apa yang dia punya.

Karena nelayan tidak memerlukan cangkul. 
Dan petani tidak memerlukan panah.

Ketika kita masih di bangku sekolah,  
lingkungan kita mencekoki pikiran kita untuk menjadi seperti pak guru ANU atau bu dokter ITU

Ketika kita sudah membentuk kehidupan kita sendiri,  lingkungan pulalah yang menuntut kita untuk memiliki rumah seperti rumah Oom ITU atau mobil seperti mobil Mas ANU.

Kehidupan orang lain lah yang kita inginkan.
Bukan kehidupan kita sendiri.

Padahal,  mereka juga punya kisah sendiri.
Dia juga punya kisah sendiri.
Kamu juga punya kisah sendiri.


Alih alih mencari tahu mimpi mu
Aku memiliki mimpi ku sendiri
Bukan mimpi menjadi orang lain.

Cause my story hasn't been ended yet

Alih alih terlibat dalam kisah mu
Aku memiliki kisah impian ku sendiri
akan tahun tahun terakhir ku.

Tahun yang tanpa kepura-puraan. 
Tahun yang tanpa trik dan strategi. 
Tahun yang tanpa konflik dan salah paham. 
Tahun yang sarat dengan damai.

Alih alih menyesali apa yang tidak aku miliki
Aku memiliki mimpi.
Untuk dapat berkarya 
dengan apa yang aku punya.

Alih alih mencari jawaban kemisteriusan
Aku memiliki mimpi
Untuk dapat bersahabat dengan alam 
Dengan pohon dan gunung. 
Dengan tanah dan air. 
Dengan burung dan mamalia.


Aku,  kamu dan dia
Memiliki kisah yang berbeda
Memikul tanggung jawab yang berbeda. 
Dilengkapi dengan alat yang berbeda pula.

Aku tidak bisa menjadi kamu. 
Kamu tidak mungkin menjadi dia.

Aku, kamu dan dia. 
Berada di jalan masing masing. 
Dengan satu tujuan yang sama. 
Menemukan maksud karya ciptaan Nya

Di dalam aku. 
Di dalam kamu. 
Di dalam dia




Kamis, 14 Februari 2019

GELAS GELAS KACA

Ketika aku mendengar jeritan hati seorang lelaki "sempurna" yang jatuh cinta lagi setelah silver wedding anniversary nya beberapa tahun lalu, aku melihat nya seperti sebuah gelas kaca.

Bukan seperti kisah di balik lagu Gelas Gelas Kaca yang populer puluhan tahun lalu, yang "...... bercerita tentang curahan hati anak yatim piatu yang hanya bisa bercerita kepada kaca."

Bukan seperti apa yang di dalam gelas kaca itu.
Tetapi seperti gelas kaca itu sendiri.

Suami yang bertanggung jawab.
Setia.
Sayang keluarga.
Lelaki yang bebas dari gosip.

Latar belakang pernikahan nya membuat gelas itu rapuh.


Penempatan gelas itu di tempat yang aman dan jauh dari debu saja lah yang membuat gelas itu tampak kuat dan abadi.

Tidak untuk debu.
Tidak untuk disentuh.
Tidak untuk digunakan.
Bahkan tidak untuk menjadi retak sekalipun.

So secure.

Tapi kaca adalah kaca.
Sama seperti benda lain di bumi ini,  tidak afa yang abadi.

Segala sesuatu memiliki batas nya.
Segala sesuatu memiliki umur.

Dia takut untuk melangkah. 
Dia takut untuk bertindak.

Dia takut untuk kembali 
seperti yang diinginkan pembuat nya.

Dia takut 
untuk melepas status nya sebagai gelas hiasan.

Dia takut untuk keluar 
dari lemari nya selama puluhan tahun.

Tragis nya,  
Dia takut untuk jujur kepada dirinya sendiri.


Beberapa perempuan datang dan pergi dalam kehidupan nya.
"Aku anggap sebagai saudara perempuan ku. "

Munafik ?
Pencitraan diri ? 
Sekedar menjaga perasaan pasangan nya?














Atau.......  Jaim?

Jaga image nya sebagai lelaki yang setia.
Jaga image nya sebagai pasangan yang sempurna.
Jaga image nya sebagai teman yang bersih
Dan bebas dari terpaan gosip

We don't know. 

Itu adalah pilihan nya.

Be perfect or be yourself

Walau pada satu waktu,  lelaki sempurna ini sampai kepada satu titik,  "Bagaimana dengan perasaan ku sendiri? ".................

Walau gelas kaca itu pun bergoyang. .............

Pelan. ..........
Sedikit. ........
Tidak banyak  ............ 
Tidak mungkin jatuh.......... 
Apalagi retak..........

Dia pun kembali berdiri tegak. 

Perfecto!!!

Entah sudah berapa hati dihancurkan nya. 
Entah sudah berapa tetes air mata jatuh ke bumi karena nya.
Entah sudah berapa pasang mata menjadi lebam karena keputusan nya.

Dia masih menjadi sebuah gelas kaca pajangan,  
menjadi seperti yang orang inginkan untuk dilakukan nya.

Dia lebih memilih untuk hidup di balik topeng nya
Bukan menjadi diri nya sendiri.

Dia memilih untuk menjadi "tampak" sempurna,  walau dia tau dengan pasti nobody's perfect,  tidak ada orang yang sempurna. 

Sehingga ketika dia gagal untuk menjadi sempurna,  tidak ada henti nya lelaki ini menyalahkan dirinya sendiri. 

So tragically!!!


Dan aku pun berbisik pelan

Bila untuk menjadi sempurna 

aku harus menyakiti banyak orang  

aku memilih untuk menjadi tidak sempurna.




Bila untuk menjadi sosok

seperti yang diinginkan orang lain,

aku harus mengorbankan diriku sendiri

aku memilih untuk  tidak mendengarkan 

apa kata orang dan

 menjadi  diriku apa adanya